Oleh Ninoy Karundeng
Awalnya, niatan all Jokowi men adalah agenda besar Jokowi. Namun perkembangan dramatis terkait gorengan lembaga survei bayaran mengubah pendirian Prabowo. Kesepakatan komunikasi Solo di kediaman Jokowi antara Prabowo dan Jokowi nyaris berantakan. Duet Ganjar-Prabowo, atau Prabowo-Ganjar di ujung tanduk.
Klausal alternatif kesepakatan Solo menjadi pemicu Prabowo mau maju sendiri. Ditambah kompor sekeliling Prabowo, hingga Prabowo jadi makin pede berjalan tanpa Jokowi.
Ironis, Timses Prabowo mengapitalisasi seolah dekat Jokowi. Strategi cerdas tak tahu malu. Padahal Jokowi kader PDIP yang secara sosio-politik ideologis anak kandung PDIP seperti Ganjar.
Faktor pengkhianatan dan minta ransum para komisaris dan relawan menjadi faktor pemecah. Maka relawan pasang dua kaki ke Prabowo dan Ganjar. Yang mau bayar mahal? Ke situ relawan sampah berlabuh. Pragmatisme politik memang tak haram. Etika cari makan di relawan yang menjijikkan.
Prabowo merangsek merebut dua kelompok. Kaum radikal-kadrun dan nasionalis alias relawan Jokowi. Duit solid tanpa batas membuat pergerakan Prabowo mulus. Lancar.
Seluruh kantong pendukung Ganjar dibombardir baliho foto Prabowo-Jokowi; Jawa Tengah dan Jawa Timur. Foto Jokowi-Prabowo tidak mungkin dipampang di Sumatera Barat dan Jawa Barat atau NTB – karena daerag pembenci Jokowi. Ini strategi cerdas ala Prabowo untuk merebut dukungan dari Jokowi.
Fakta sekarang lembaga survei apa pun tengah menggoreng isu; Jokowi dekat dengan rakyat. Dan, Prabowo mengapitalisasi sempurna. Bahwa Jokowi digambarkan dekat dengan Prabowo. Prabowo digambarkan pelanjut Jokowi. Absurd.
Persepsi mulai terbangun di kalangan rakyat. Jika dianggap Jokowi mendukung Prabowo membesar bisa memengaruhi Jokowi untuk meninggalkan PDIP. Membuang Ganjar Pranowo. Hal yang sampai detik ini tak mungkin terjadi. Bahwa Jokowi tak akan mengkhianati PDIP.
Penghancuran nama PDIP terus berlangsung. Ganjar menjadi korban. Padahal Ganjar memiliki seluruh integritas untuk menjaga NKRI. Dia PDIP. Dia nasionalis. Dia pelanjut Jokowi. Dia tegas terhadap khilafah dan terorisme.
Sementara kubu Prabowo, dan Prabowo bertindak cerdas. Mereka tidak berani mengecam radikalisme, terorisme, dan khilafah. Karena kaum ekstrim kanan menjadi salah satu militan pendukung Prabowo.