“Sebagai platform keuangan inklusif, dukungan dari Amartha tidak hanya berupa akses keuangan berkelanjutan, namun juga program literasi keuangan dan pendampingan bagi para petani kelapa dan pengusaha mikro turunan hasil olahan kelapa di Indonesia, khususnya di wilayah Gorontalo. Tujuannya, agar para pelaku usaha komoditas kelapa dapat meningkatkan penghasilannya secara berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja di desa dan mendorong pertumbuhan ekonomi dari level akar rumput”.
Komoditas kelapa merupakan salah satu pangsa pasar terbesar yang menjadikan Indonesia menduduki urutan pertama eksportir kelapa dunia, serta urutan kedua untuk kelapa parut atau kering dan minyak kelapa. Produksi kelapa Indonesia diperkirakan naik dari tahun 2022 hingga 2026. Demikian juga dengan ketersediaan kelapa untuk konsumsi domestik yang diperkirakan mengalami kenaikan selama lima tahun kedepan.
Pada kesempatan yang sama, Amartha juga meluncurkan Sustainability Report 2022-2023. Laporan tersebut memuat data mengenai dampak yang diciptakan Amartha berdasarkan perspektif ESG.
Berdasarkan laporan tersebut, didapati bahwa para mitra Amartha mengalami peningkatan pendapatan sebesar 70 persen setelah menerima permodalan dari Amartha. Dampak ekonomi lainnya juga terlihat dari penciptaan lapangan kerja informal.
Lebih dari 156 ribu mitra Amartha di desa berhasil mempekerjakan karyawan pertamanya dan 33 ribu mitra berhasil menambah karyawan baru. Skala usaha mitra pun meningkat, sekitar 40 ribu usaha mikro berhasil berkembang menjadi usaha kecil menengah.
Berangkat dari hasil riset tersebut, Amartha optimistis pembiayaan berkelanjutan bagi usaha di sektor kelapa, juga dapat membawa dampak berkelanjutan bagi petani kelapa. Mulai dari peningkatan kapasitas produksi, penciptaan lapangan kerja, hingga ketahanan pangan lokal di Indonesia.
Di Provinsi Gorontalo sendiri, Amartha telah menyalurkan pembiayaan mikro kepada lebih dari 30 ribu UMKM dengan total dana lebih dari 200 miliar rupiah.
Gita Syahrani, Koalisi Ekonomi Membumi, menuturkan “Kami menyambut baik kerja sama dengan Amartha sebagai bagian dari roadmap peningkatan komoditas kelapa berkelanjutan. Petani kelapa kerap menghadapi kesulitan dalam mengakses layanan keuangan.”
“Padahal, potensinya sangat besar dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di desa. Oleh sebab itu, kolaborasi dengan Amartha yang menyediakan pembiayaan untuk komoditas kelapa, tidak bisa dipisahkan dari roadmap produksi kelapa berkelanjutan”.
Prof. Dr. Ir. H. Nelson Pomalingo, M.Pd., Bupati Gorontalo yang menjabat sebagai Ketua KOPEK, mengatakan “World Coconut Day akan menjadi momentum awal untuk menjalin berbagai kolaborasi bisnis yang serius dan berdampak.”
“Jika kita bergotong-royong, hal ini dapat dikembangkan menjadi model ekonomi berbasis lanskap yang membuktikan bahwa dalam wilayah tersebut lingkungan bisa dijaga secara konsisten dan masyarakatnya betul-betul sejahtera.”
“Saat ini, bahkan sudah ada satu portfolio Industri Hijau Kelapa Terintegrasi senilai 670 miliar rupiah di Gorontalo yang siap menerima investasi, hasil kerjasama Gorontalo dengan BKPM”.