Jumat, November 15, 2024

Piramida Transportasi Indonesia

Must read

Kolom Ari Askhara, Pengamat Transportasi Indonesia

Sabtu pagi satu keluarga melintas tol trans Jawa dengan mulus menambah keceriaan dan kedekatan antara orang tua dan anak-anak nya, suatu media komunikasi yang cukup baik dan efektif setelah 5 hari kerja sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Melintas juga deretan bus antar provinsi yang terlihat bersih dan tertib, malah sekarang dengan “double-decker” nan mewah dan nyaman.

Sekelompok keluarga juga datang ke Bandara Cengkareng menyambut long weekend ke Bali dengan pesawat terbang, tampak sumringah walau Bandra terlihat ramai namun keberangkatan mereka “on-time”.

Pemandangan di atas sudah terlihat dari 2019 (sebelum Covid) dan menggeliat kembali sejak 2022 (setelah Covid), di mana sudah tidak ada lagi antrean panjang pesawat yang hendak take-off dan on-time performance maskapai naik cukup signifikan.

Perusahan-perusahaan bus menikmati keuntungan dan berinvestasi dengan interior bus-bus mewah yang dimuat dalam para blogger travel ternama di tanah air. KAI juga berinovasi dengan produk-produk exclusive menyerupai mewah nya Business dan First Class pesawat, hingga salah satu grup maskapai terbesar tanah air mempunyai rencana IPO di tahun 2020 namun ditunda karena Covid.

Terlihat piramida transportasi Indonesia mendekati sempurna, di mana moda transportasi udara menempati level teratas yang diikuti oleh moda transportasi darat dan laut, dalam arti level tertinggi adalah moda transportasi dengan biaya yang dikeluarkan penumpang untuk perjalanan lebih tinggi dari moda transportasi lainnya, namun dengan standar level keselamatan yang lebih ketat pula.

Hal mana yang sangat berbeda 2019 di mana delay pesawat cukup sering, antrean panjang pesawat yang hendak “take-off” menjadi story yang sering muncul di media sosial dan media online, kecelakaan pesawat yang cukup sering, bahkan ada pesawat yang mengangkut durian dengan beban berlebih sehingga mencelakakan penumpang dan sebagainya, sementara di jalan darat terlihat bus antar provinsi yang ugal-ugalan dengan asap hitam nya yang lumayan gelap, dan sebagainya.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Tiket pesawat yang (masih) mahal

Kita ingat tahun 2018 – 2019 menjelang pemilu, isu tiket pesawat yang tiba-tiba naik menjadi trending dan headline berita di mana-mana, sesuatu yang sangat mengejutkan setelah sekian lama penumpang pesawat terbius tiket murah.

Sebagai perbandingan tiket pesawat termurah Jakarta-Surabaya tahun 2017 berada di sekitar Rp 350-480 ribu sekali jalan, sedangkan 2019 hingga saat ini sulit ditemukan harga tiket pesawat termurah dengan rute yang sama di bawah Rp.1 juta, walau masih bawah batas harga atas yang ditetapkan pemerintah.

Bandingkan dengan harga tiket bus tahun 2017 dengan rute yang sama Jakarta-Surabaya ada di kisaran Rp 250 ribuan sekali jalan. Perbedaan yang tidak jauh antara moda darat dan udara, sehingga waktu itu tidak heran sering kita lihat di media (entah itu maksudnya mengolok-olok atau memang menyajikan fakta), orang pakai sendal jepit dan pakai sarung (gambaran orang yang sering naik bus) naik pesawat terbang.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article