Sementara, Cole telah membuktikan akurasi peta pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel sejak tahun 1946 hingga tahun 2000, yang menyisakan hanya 30 persen tanah bagi warga Palestina, dibanding luas wilayah Palestina sebelum pencaplokan.
Seperti dinyatakan oleh Monica Marks, Asisten Profesor di New York University, Abu Dhabi, pemerhati gerakan Islam di Timur Tengah: “Untuk memerangi ancaman keamanan secara efektif, para pemimpin Israel harus… memperhitungkan fakta bahwa inti dari daya tarik Hamas bagi banyak anggota yang direkrutnya, bukanlah ekstremisme keagamaan, melainkan kemarahan, kesedihan, dan keputusasaan.
Tentakel yang mengikat generasi muda yang sakit hati ini tidak akan dikalahkan dengan menciptakan lebih banyak kehancuran dan keputusasaan.
Memastikan bahwa warga Palestina mendapatkan kebebasan, martabat, dan kesempatan penentuan nasib sendiri, yang mereka tuntut selama lebih dari 75 tahun, akan menjadi cara paling efektif untuk menjamin keamanan jangka panjang Israel.”
Tapi, bukan Israel kalau tidak bebal. Apalagi ketika urusan berada di tangan Netanyahu yang, oleh Cole, disebut sebagai seorang fasis. Bukannya menendang kaleng yang ada di tengah jalan, Israel malah telah menendang jalan itu sendiri. Dan, dengan demikian, justru menutup jalur perdamaian, seraya mengundang kebuntuan yang bisa berakibat fatal bagi dirinya.
Maka, kecuali ada perubahan drastis dalam policy Israel terhadap isu Palestina, yang akan terjadi justru adalah kekacauan demi kekacauan yang lebih dahsyat. Dengan risiko kekacauan Israel sendiri.
Banyak pengamat menyatakan, pada akhirnya perang di Gaza ini akan berlangsung berlarut-larut, dengan ujung mundurnya Israel tanpa berhasil menaklukkan Hamas.
Alih-alih, Hamas akan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya. Belum lagi jika terjadi pembangkangan di wilayah-wilayah pemukiman Palestina di luar Gaza, dan campur tangan negara-negara dan kelompok-kelompok anti-Israel yang sekarang mengepung negeri liliput ini. Bahkan, menurut tak sedikit pengamat, dukungan tanpa reserve negara-negara adidaya Barat, pada akhirnya tak akan banyak membantu.
Dan apa pun yang akan terjadi, bagian dunia yang masih waras, selalu menunggu bangsa Palestina kembali merdeka dan mendapatkan kembali tanah air yang menjadi hak-hak mereka, yang selama puluhan tahun telah dirampas.