Senin, Desember 23, 2024

Sudah saatnya Gus Mus turun gunung

Must read

Memang sudah dibantah PBNU, katanya itu pernyataan pribadi. Lah kok bisa? Bagaimana bedainnya? Wong dia ndak cuti kok dari struktur.

Kecuali mau non-aktif dulu sebelum ngomong begitu ya monggo.

Orang-orang ini harus diingatkan. Jangan nyari makan dari NU. Karena malati. Mbebayani. Apalagi sampai merugikan NU. Ini soalnya doa wali Mbah Kholil Bangkalan, “ya Jabbar, ya Qohhar…”

Belakangan memang, beberapa orang non-aktif dari NU. Tapi itu dilakukan sesudah kegelisahan orang memuncak. Sesudah ada banyak protes. Sesudah memobilisir massa. Lha kok enak banget?

Kondisi inilah yang harus segera dihentikan. Gus Yahya harus diingatkan, langkah politiknya berbahaya. Sebesar apapun jasa Jokowi, dia tidak pantas menyetir NU.

Dan menurut hemat saya, dalam hal ini hanya Gus Mus yang bisa memberikan nasehat. Karena yang lain mungkin ndak bakal didengar.

Sampai hari ini saya menganggap Gus Mus salah satu pasak bumi Indonesia yang masih tersisa.

Contoh dari Gus Mus terang dan patut ditiru. Ketika beliau menolak jabatan Rois Aam NU. Bukan karena tak pantas, tapi karena akhlak beliau yang luhur, seperti yang dicontohkan gurunya, Kyai Ali Maksum. Meskipun akhirmya Kyai Ali akhirnya dipaksa oleh banyak ulama dan menerimanya.

Ulama dulu begitu tinggi akhlaknya. Mereka menolak jabatan, karena tanggung jawabnya berat. Bukan seperti ulama sekarang yang berebut jabatan. Bahkan sampai-sampai disponsori penguasa. Dan memakai politik uang.

Itu aib. Tapi dilakukan dengan tanpa merasa berdosa. Maka ketika menjabat, perintah pemodal jadi agenda utama. Padahal NU bukan perusahaan.

Gus Mus, Panjenengan harus turun gunung. Situasinya sudah gawat. Jewer kupingnya Gus Yahya. NU lebih penting untuk diselamatkan. Jangan mengekor perintahnya Jokowi.

Mohon ingatkan Gus Yahya terhadap wejangan Gusdur, “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian.”

Kalau nanti Gus Yahya melawan perintah Jokowi dan dilengserkan, ya ndak apa-apa. Daripada kuwalat sama NU.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article