Kamis, Desember 19, 2024

Jabatan aman jika bersahabat dengan kecurangan?

Must read

Oleh: Sobar Harahap

Proses itu yang mendewasakan kita. Proses itu yang membentuk kita menjadi apa hari ini. Ojo kesusu, ojo grusa-grusu, begitu pesan Presiden Joko Widodo. Tapi nyatanya makna di balik notice itu ada niat terselubung untuk mengarbit anaknya menjadi seorang wapres, hahaha.

Lucu bukan? Hal itu kembali diperjelas oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang mengatakan bahwa siapapun mereka yang ingin mendapat posisi ternyaman, tidak boleh menentang tindakan sang presiden, termasuk kecurangan yang dilakukan.

Dari ketiga capres yang memang mendekati kriteria itu hanya Prabowo. Anies tidak mungkin karena dari awal dia antitesa Jokowi, hal itu diperjelas lewat jargon perubahannya. Lantas Ganjar juga tidak mungkin, karena posisi itu memerlukan banyak pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah proses tadi.

Gibran belum cukup pengalaman untuk mengemban amanah sebagai cawapres, karena pengalamannya masih di bawah rata-rata. Solo bisa berhasil, karena banyak bantuan dari pusat. Fakta itu ditemukan saat membuka data anggaran daerah, Solo memang memiliki dana anggaran cukup tinggi dari pusat.

Belum cukup matang jika seorang Gibran maju menjadi wapres, namun semua harus disegerakan. Mumpung sang ayah masih menjadi orang nomor satu di negeri ini, Mahkamah Konstitusi dibiarkan memutus dengan melanggar etik, KPU dibiarkan lolos disaat ketuanya melakukan pelanggaran etik, hingga puncaknya dia mengingkari ucapannya soal netralitas.

Statemen Bahlil membuka mata kita bahwa benar siapapun yang turut menghalalkan cara presiden mendukung anaknya meneruskan kepemimpinannya, maka dia akan aman dalam jabatannya. Malah ditambah lagi mereka yang sebelumnya tidak punya jabatan, posisi strategis akan disusun untuk ya dengan loyalitas merobohkan demokrasi dengan kecurangan.

Termasuk Bahlil, yang sudah tersandung masalah pertambangan, dia jelas akan aman karena dia bagian dari timses 02. Lihat saja kasusnya hanya akan menguap di udara, tidak akan berlanjut.

Ya begitulah cara kerja mereka nanti. Lalu siapa yang tidak mendapatkan jabatan itu? Jelas rakyat, mereka bahkan akan kena dampak dari keilegalan dan kecongkakan mereka. Entah dalam bidang apapun, semua akan nampak. Yang nampak daja, mereka elite-elite di atas sana sednag antre jabatan, rakyat kesulitan antre beras murah demi menyambung hidup.

Apa usaha pemerintah? Hanya impor, karena itu yang cepat dan berpotensi memberi makan para mafia-mafia impor. Rakyat kebagian mahalnya saja dan dibuat berharap lebih kepada pemerintah untuk memberikan bantuan beras. Fair? Kalau begitu ceritanya kapan negara kita maju? Yang ada kembali ke zaman penjajahan lagi, diberi makan tapi tidak diedukasi.

Tidak adil memang jika memikirkan masa depan kita berada di tangan pengusa yang congkak. Maka kita harus berusaha tidak bergantung pada mereka, dan menemukan jalan untuk terus bersuara agar nantinya tidak dibungkam seperti zaman orba kemarin.

Salam demokrasi sehat demi Indonesia yang hebat!

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article