Dari Litbang Kompas merilis hasil survei kepemimpinan nasional yang sampelnya diambil pada periode 27 Mei-2 Juni 2024 yang menempatkan kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan Wapres Maruf Amin di posisi tertinggi dalam lima tahun terakhir kepemimpinan mereka.
Manajer Litbang Kompas Totok Suryaningtyas menyampaikan, angka tersebut naik dari periode sebelumnya pada Desember 2023 yang mencapai 73,5 persen menjadi 75,6 persen.
Capaian kepuasan Jokowi tertinggi terjadi pada April 2023 lalu, yakni 82% – menembus rekor para pemimpin dunia. “Kinerja presiden pada April 2023 dinilai positif oleh 82%, yang menilai negatif itu ada 17,5%. Jadi tampaknya ini dalam data LSI adalah capaian tertinggi kinerja presiden, penilaian positif tertinggi kinerja presiden dari masyarakat,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Kalau memakai angka LSI dan SMRC, maka approval rating pemerintahan Jokowi-Ma’ruf merupakan yang tertinggi di dunia. Merujuk pada data yang dikumpulkan oleh Morning Consult Political Intelligence pada 23-29 Agustus 2023, approval rating Jokowi mengungguli rekor yang dipegang Perdana Menteri India Narendra Modi sebesar 76 persen.
Approval rating pemerintahan Jokowi berjarak sangat jauh dari Lula da Silva (Brasil, 50 persen), Joe Biden (AS, 40 persen), Justin Trudeau (Kanada, 40 persen), Emmanuel Macron (Prancis, 26 persen), Olaf Scholz (Jerman, 25 persen), dan Mark Rutte (Belanda, 25 persen).
Tingginya tingkat kepuasan memperlihatkan aspirasi publik yang lebih mendukung wacana keberlanjutan. Publik cenderung akan memilih pasangan capres-cawapres yang dinilai paling mampu melanjutkan program-program Jokowi.
Sementara itu, temuan survei Data Riset Analitika yang dipublis akhir Januari 2024 lalu, menunjukkan 81,7 persen publik merasa puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sebanyak 9,3 persen di antaranya merasa sangat puas dipimpin oleh Jokowi.
Hanya 14,5 persen yang menyatakan tidak puas, termasuk 2,3 persen yang merasa tidak puas sama sekali, dan sisanya 3,8 persen tidak tahu/tidak jawab.
Merekalah yang mengirim pesan kebencian tentang pemerintah Jokowi dan dijadikan narasumber oleh media konvensional. Sehingga kubu Jokowi lebih memilih influencer sebagai andalan pencitraannya. Dan efektif. (Dimas Supriyanto Martosuwito)