Nyatalah bahwa hubungan sinis dan antagonis itu hanya bergeliat di kelas bawah, tetapi di kelas atas, hubungan itu bersifat simbiosis, kolaboratif dan saling mengandalkan. Kapitalis pribumi nilai asetnya cenderung disembunyikan, dibandingkan dengan kapitalis Cina. Karena itu, sebenarnya banyak kapitalis pribumi ini super kaya tapi diam dan bersembunyi dari publik.
Acapkali para elit pribumi yang menjadi komisaris di suatu perusahaan besar, mulai perkebunan sawit hingga pertambangan dan lain-lain, merupakan figur dari orang-orang pejabat polisi, tentara hingga politisi. Segera dapat disimpulkan dari tujuan itu hanya untuk memperkuat wibawa, proteksi, hingga koneksi ke jalur keamanan dan pemerintahan.
Jadi, jika masih berkembang atau dirawat perkembangan opini hubungan sinis dan antagonisme antara pribumi dan konglomerasi Cina, tampaknya itu hanya untuk menguntungkan posisi dan fungsi para komisaris yang ditempatkan sebagai pengaman tersebut dan para kapitalis pribumi yang rakusnya Allahu Akbar.
Dialah yang mungkin meredam, mengamankan dan mengkompensasi bilamana terjadi tekanan sosial atas kecemburuan di kelas bawah. Inilah salah satu bentuk kemunafikan pribumi dewasa ini.
Oleh sebab itu, yang paling murah mengendalikan kecemburuan dan potensi laten permusuhan dari kelas bawah, yaitu tetap membuat mereka miskin, supaya murah diambil tenaganya, dan disibukkan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang meredam dan mengkanalisasi lampiasan tekanan batin mereka. Jadi pertanyaannya, siapa yang menjajah kelas bawah ini? Menurut saya, elit londo Ireng itu sendiri. (Bhre Wira)