PM enam periode, Syekh Hasena Wajed (1996-2001 & 2009-2024) didemo Mahasiswa (secara implisit didukung militer), karena perkara sepele. Kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil (soal ‘gap’ kuota masuk pegawai negeri). Pemerintah mengistimewakan anggota keluarga pejuang Kemerdekaan Bangladesh. Demo ini, kemudian berkembang menjadi tuntutan mundur Hasena Wajed.
Hal yang sama pernah terjadi pada Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Kabur ke AS (1989). Presiden Vietnam Selatan Nguyen Van Theu lari ke AS (1975), dan Presiden Kamboja Lon Nol melarikan diri juga ke AS karena pemberontakan (1975), dan Jean Claude Duvalier (Baby Doc) tahun 1986 digulingkan oleh pemberontakan rakyat Haiti.
Bangladesh, yang memiliki luas 148.456 kilometer persegi, dan berpenduduk 165 juta jiwa (sensus 2022), memiliki ‘histori’ kudeta berdarah, sejak kemerdekaannya dari Pakistan.
Bangladesh yang semula adalah wilayah Pakistan Timur (Bengali Timur), merdeka lewat “sponsorship” India (menguasai wilayah Bengali Barat). Sesama mayoritas Islam, namun kultur Pakistan Barat dan Pakistan Timur, berbeda jauh. Lebih dekat dengan kultur dan bahasa India, Bangladesh memisahkan diri.
Kultur kudeta berdarah, nampaknya menjadi “pakaian badan”. Itulah yang membuat Bangladesh sering diintervensi militer. Pertikaian antara politisi yang intensitasnya tinggi, membuat Bangladesh tidak stabil.
Belum berhenti pada ayah Syekh Hasena Wajed (Syekh Mujibur Rahman), Presiden Bangladesh Mayor Jenderal Ziau Rahman (setelah Presiden Khundaqar Mushtaq Ahmed), juga terbunuh oleh kudeta militer yang dipimpin oleh Mayjen Mohammad Abdul Manzoor.
Disebut-sebut ikut dalam peristiwa terbunuhnya pendiri Bangladesh Syekh Mujibur Rahman 1975, Ziau Rahman yang juga suami PM tiga periode Bangladesh (Begum Khaleda Zia). Sebenarnya adalah teman seperjuangan Mohammed Abdul Manzoor saat Kemerdekaan Bangladesh (1971).
Namun, itulah ‘kekuasaan’. Tak ada teman sejati. Ziaur Rahman terbunuh, ‘ditikam’, setelah memegang jabatan Presiden selama empat tahun (1977-1981). Isterinya, Begum Khaleda Zia melanjutkan trakh politik dengan menjadi Perdana Menteri (PM) selama tiga kali (1991-1996, Pebruari 1996-Maret 1996, 2001-2006).
Dalam perjalanan “roadmap” kehebohan politik Bangladesh, sepertinya negara hanya ‘dimiliki’ oleh dua pemimpin, yang silih berganti: Syekh Hasina Wajed (anak mendiang Syekh Mujibur Rahman) dan Begum Khaleda Zia (isteri mendiang Presiden Ziaur Rahman).
Sejarah (historical), adalah studi perubahan. Yang ironisnya digunakan sebagai peta masa depan (future map). Sejarah, termasuk sejarah perjalanan mantan PM Syekh Hasena Wajed. Juga sejarah Begum Khaleda Zia adalah pelajaran yang mengejutkan. Tak terduga, dari kenikmatan menjadi kecemasan dan kekhawatiran.