Kesulitan dalam mendeteksi kebenaran di TikTok dapat berdampak luas, mengingat betapa cepatnya informasi menyebar di platform ini. Misalnya, di Indonesia, di mana 29 persen pengguna telah menggunakan TikTok untuk mengakses berita, ada risiko bahwa informasi yang tidak akurat atau menyesatkan dapat dengan cepat mempengaruhi opini publik dan keputusan pribadi.
Dalam konteks perencanaan perjalanan, pengguna mungkin membuat keputusan berdasarkan informasi yang salah, yang dapat mengurangi kualitas pengalaman mereka.
Penting bagi pengguna di berbagai negara, terutama generasi muda, untuk lebih kritis dalam mengonsumsi konten di TikTok. Mereka perlu diajarkan untuk memverifikasi informasi yang mereka terima dan tidak langsung mempercayai semua yang mereka lihat, bahkan jika informasi tersebut disajikan dengan cara yang menarik dan meyakinkan.
Pendidikan literasi digital menjadi semakin penting dalam situasi ini, agar pengguna dapat lebih baik dalam mengenali dan menghindari disinformasi.
Sebagai platform yang memiliki pengaruh besar, TikTok juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan mekanisme deteksi dan penyebaran informasi yang akurat.
Kolaborasi dengan organisasi pemeriksa fakta atau pengembangan algoritma yang lebih cerdas untuk menyaring konten yang tidak valid bisa menjadi langkah-langkah penting yang perlu diambil.
Buat saya, meskipun TikTok memiliki potensi besar sebagai sumber inspirasi dan informasi di berbagai negara, penggunaannya harus disertai dengan kesadaran kritis dan tanggung jawab, baik dari pihak pengguna maupun platform itu sendiri.
Edukasi tentang literasi digital dan verifikasi informasi harus menjadi prioritas global untuk meminimalisir risiko yang muncul dari fenomena ini. (Ndoro Kakung)