Intinya, para siswa diberi bekal pembelajaran untuk menjadi petani sukses. ”Tidak hanya mendapatkan teori, tapi juga praktik karya nyata di lapangan,” tutur Jerry. Di sekolah, mereka belajar kurikulum wajib untuk mendapatkan ijazah Paket B dan Paket C, di samping keterampilan pertukangan, menjahit, dan lain-lain.
Panen jagung bersama KSAD dan Menteri Pertanian RI
Inovasi dalam Pencarian Sumber Dana
JHL Foundation juga berinovasi dalam pencarian sumber dana untuk biaya sekolah, asrama, hingga biaya sekolah dan kuliah anak-anak muda terbaik tersebut. Seluruh penjualan sayur hasil pertanian di lahan JHL Foundation yang seluas 6 hektare di Megamendung, Bogor, misalnya, sepenuhnya digunakan untuk membiayai kegiatan Yayasan.
Saat ini, lahan pertanian tersebut digarap oleh para petani di sekitar Megamendung. Program ini sudah berjalan, dan hasilnya lebih dari lumayan. ”Kami tanam yang sangat sederhana dulu, sayuran seperti caisim, kailan, tomat, dan terong. Selain ke jaringan hotel dan restoran, banyak teman dermawan yang menikmati panen kebun kami,” ungkap Jerry.
Dalam waktu dekat, lanjutnya, JHL Foundation bersiap menandatangani MoU dengan sebuah jaringan supermarket papan atas. Mereka siap menampung sayur mayur hasil kebun JHL Foundation yang digarap bersama para siswa SMK Pertanian dan petani di sekitar.
Ditanya tentang visi dan misi besar JHL Foundation mencetak 1.000 sarjana pertanian, Jerry Hermawan Lo tegas mengaitkannya dengan kondisi riil Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah.
”Sayangnya, lahan-lahan pertanian yang sangat luas ini masih belum digarap dengan baik. Bahkan, salah dalam mengelolanya. Belum lagi, banyak anak muda yang tidak mau menjadi petani. Karena hidup petani saat ini masih jauh dari sejahtera,” cetusnya. Itu sebabnya, lelaki 66 tahun ini ingin berkontribusi untuk Indonesia agar lebih banyak SDM yang bisa mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam tanah air. ”Tujuan akhirnya, tentu untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia,” pungkas Jerry.