Rabu, November 13, 2024

Retno Marsudi dan Sepenggal Kisah Palestina

Must read

Oleh: K.H. Masduki Baidlowi

Juru Bicara Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin, Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi

Ada sepenggal kisah yang saya alami sebagai Juru Bicara Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin terkait dengan tugas dan perjuangan Ibu Retno Marsudi tentang cita-cita kemerdekaan Palestina yang dilakukannya.

Ibu Menteri Luar Negeri kita ini adalah pejuang yang gigih. Retno Marsudi, atau lengkapnya Retno Lestari Priansari Marsudi. Inilah sosok perempuan cerdik dan pantang menyerah. Apalagi kalau sudah terkait dengan nilai-nilai kebebasan dan kemerdekaan sebuah negara, sebagaimana yang diamanatkan oleh Konstitusi Negara.

Palestina adalah negeri terjajah. Genosida yang jahat kini sedang intensif dilakukan oleh penjajah Israel. Di sinilah konsistensi Indonesia membela kemerdekaan Palestina teruji lewat diplomasi ulung Ibu Retno Marsudi.

Begini ceritanya. Suatu hari, Ibu Menteri Luar Negeri meminta waktu untuk menghadap Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin. Setelah menghadap, tokoh kelahiran Kota Semarang, 27 November 1962, ini pun bercerita tentang betapa sulitnya ia bertahan di tengah kepungan lobi-lobi Israel yang sudah mulai masuk Istana Negara, lewat orang-orang kepercayaan Presiden.

Wakil Presiden terus menyimak cerita Ibu Menteri Luar Negeri ini tentang bagaimana agen-agen Israel, yang sangat berambisi ingin membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia. Untuk kepentingan ini, berbagai cara dan bujuk rayu dilakukan oleh negara Yahudi itu. Termasuk, upaya mengundang sejumlah tokoh agama Indonesia ke sana.

”Rayuan” terhadap Pemerintah Indonesia semakin intensif setelah Israel bersama Amerika Serikat (AS) menjajakan gagasan Abraham Accord (Perjanjian Abraham) kepada sejumlah negara Arab. Target utamanya negara Saudi Arabia, tetapi yang berhasil terkena bujuk rayu Israel dan AS lewat perjanjian tersebut adalah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.

Salah satu janji manis dari Abraham Accord adalah kerja sama ekonomi intensif serta berbagai bantuan ekonomi dan kesejahteraan sosial bagi negara-negara yang terlibat dalam kerja sama. Ini adalah janji manis di balik kedok kejahatan Israel terhadap Palestina.

Maksudnya jelas, Israel akan menjajah Palestina dan negara-negara Arab serta negeri penduduk muslim lainnya tidak boleh mempersoalkan lagi atas penjajahan tersebut. Nah, janji-janji manis ini dijadikan momentum oleh para pelobi negara Israel untuk mendekati sejumlah pejabat tinggi Indonesia.

Rupanya, tidak sedikit pejabat tinggi negara kita yang tertarik dengan janji-janji manis ekonomi tersebut, seraya bersiap sedia atau tak keberatan bila Indonesia – secara bertahap – membuka hubungan diplomatik dengan negeri penjajah bangsa Palestina tersebut.

Ibu Menlu Retno tidak kehilangan cara. Ia mengambil jalan berliku, dengan membangun jejaring dan meminta dukungan Wakil Presiden untuk menghadapi sidang-sidang kabinet saat membahas masalah Palestina.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article