Singkat kata secara keseluruhan, swasembada energi dapat membawa Indonesia menuju arah yang lebih berkelanjutan, mandiri, dan berdaya saing tinggi pada era globalisasi.
Bauran Energi di Indonesia
Melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Indonesia menargetkan energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 pada bauran energi primer. Target tersebut ditetapkan pada 2017, saat kondisi bauran EBT pada energi primer pada 2015 masih sebesar 5%.
Mei 2024, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia mengeluarkan publikasi yang berjudul Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2023 yang memaparkan kondisi energi di Indonesia hingga tahun 2023 melalui data terkini energi dan ekonomi.
Dalam ringkasan awal ditunjukkan bahwa suplai energi primer Indonesia pada tahun 2023 masih di dominasi energi fosil yakni sebesar 86,71% yang berasal dari 39,69% batu bara, 29,91% minyak bumi, dan 17,11% gas alam.
Sementara itu, EBT baru sebesar 13,29%, yang secara histori memang selalu meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Sejak tahun 2019 hingga 2023, bauran EBT tersebut hanya meningkat sekitar 4%, sedangkan target pada 2025 sebesar 23%. Artinya, dalam waktu singkat dibutuhkan peningkatan 9,71% suplai EBT pada energi primer di Indonesia. Dibawah ini ditunjukkan grafik kenaikan bauran EBT pada supply energi Primer dari 2017 – 2023.
Sumber: Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2023
Dari diagram diatas bisa dilihat bahwa capaian bauran energi primer di tahun 2023 hanya sebesar 13,29%, kembali meleset dari target yang sebesar 17,9% dan kalua diambil rata2, kenaikan per tahunnya hanya sebesar 1,36%, angka yang sangat kecil untuk mendukung tercapainya swasembada energi dalam waktu 4 – 5 tahun ke depan, sehingga diperlukan kerja keras dan Langkah Langkah khusus dan konsisten untuk bisa mewujudkannya.
Bauran energi primer pada tahun 2023 terdiri dari Batubara (40,46%), minyak bumi (30,18%), gas bumi (18,28%), dan Energi Baru Terbarukan/ EBT (13,09%). Capaian bauran masih didominasi oleh batubara, meskipun nilainya sudah mengalami penurunan dibandingkan 2022 sebesar 42,38%.
Meningkatkan bauran energi primer sangatlah penting untuk mendukung kebijakan Swasembada Energi dibawah komando Presiden Prabowo Subianto, meningkatnya bauran energi ini sekaligus bisa untuk mencapai program Net Zero Emission Indonesia di tahun 2060.