Catatan kaki di puisi esai menjadi elemen vital yang menjadikan puisi ini bukan hanya seni, tetapi juga dokumen sosial.
Festival Puisi Esai Jakarta menjadi lebih dari sekadar panggung seni. Ia adalah ruang yang menjalankan banyak fungsi.
Festival ini mempertemukan penulis puisi esai untuk berjumpa, berbagi pengalaman, dan menginspirasi satu sama lain.
Tali silaturahmi antarpenulis diperkuat, memastikan keberlanjutan genre ini. Setiap festival memotret isu-isu penting yang dihadapi masyarakat, menjadikannya bahan refleksi melalui puisi.
Dari hak perempuan hingga perjuangan identitas minoritas, puisi esai memberi suara pada yang terpinggirkan.
Festival ini juga menjadi ajang edukasi publik, mengajak masyarakat memahami persoalan sosial melalui seni. Ketika isu-isu serius disampaikan dengan keindahan puisi, masyarakat lebih mudah memahami dan tergerak untuk bertindak.
Untuk memastikan keberlanjutan festival ini, Denny JA Foundation menyediakan dana abadi. Dana ini berasal dari saham perusahaan yang Denny miliki. Sebagian saham itu kini dimiliki oleh Denny JA Foundation.
Ini untuk memastikan agar setiap tahun dari perusahaan itu ada yang mengalir ke Foundation. Dana itu pula yang akan digunakan untuk menopang festival hingga 50 tahun mendatang, dan seterusnya.
“Saya mencontoh dari kasus yang besar. Saya mengerjakan hal yang jauh, jauh, jauh lebih kecil, namun mengambil spiritnya.”
“Dana abadi untuk Festival Puisi Esai bukan hanya soal menjaga tradisi, tetapi juga memastikan bahwa kisah-kisah tentang keadilan, keberanian, dan kemanusiaan terus hidup di masa depan,” ujar Denny JA.(*)