Senin, Januari 6, 2025

Jokowi dalam Persepsi

Must read

Sebagai orang yang rajin mengkritik kebijakan publik Pemerintahan Jokowi sejak awal, saya menyaksikan beberapa gelombang pergeseran persepsi para pendukung Jokowi.

Gelombang pertama adalah revisi UU KPK, yg dianggap Jokowi terlibat dalam pelemahan KPK, artinya tidak serius menangani korupsi, pertimbangan paling penting di kalangan pendukung Jokowi.

Salah satu daya tarik terkuat Jokowi bagi pendukungnya adalah janjinya dalam memberantas korupsi, isu terpenting yang dirasakan banyak orang. Yang terjadi justru sebaliknya, Jokowi dianggap ikut melemahkan lembaga KPK.

Pendukungnya kecewa berat. Tapi, belum semuanya meninggalkan dia. Masih ada harapan mereka: setidaknya Jokowi itu pemimpin yang peduli rakyat.

Gelombang kedua berkaitan dengan Omnibus Law, yang menunjukkan bahwa populisme Jokowi itu cuma bungkus luar saja. Sejatinya dia pro oligark. Omnibus Law adalah UU yang dirancang dan dipromosikan oleh kalangan pengusaha swasta besar (Kadin dan Apindo).

Demonstrasi anti-Omnibus Law adalah demo terbesar dan terluas pasca-Reformasi, yang hanya terhenti ketika Covid 19 meluas. Jokowi dan DPR memanfaatkan ketakberdayaan rakyat dalam pandemi untuk menggoalkan UU itu.

Tapi, di situ pun, banyak pendukungnya masih mencari alasan untuk mendukungnya.

Mereka masih punya harapan: Jokowi tidak nepotis dan tidak berambisi membangun dinasti politik.

Gelombang ketiga berkaitan dengan isu nepotisme. Jokowi tampil di awal sebagai orang sederhana di luar tradisi dinasti politik. Dia menunjukkan anak-anaknya tidak tertarik politik dan lebih suka jualan martabak dan pisang.

Tapi lalu orang melihat Gibran dan Bobby, menantunya, maju jadi walikota. Dan Kaesang jadi Ketua Umum PSI. Citra anti-nepotisme Jokowi rontok.

Gelombang keempat merupakan gelombang paling kuat karena melibatkan partai pendukung PDIP. Yakni soal pelanggaran etika di Mahkamah Konstitusi untuk meloloskan Gibran sebagai calon wakil presiden. Itu puncak kemarahan para pendukung Jokowi yang tersisa.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article