Sebuah kejadian memilukan menimpa jamaah Surau Baitul Ibadah di Tembesi, Batam. Penggusuran paksa oleh PT Tanjung Piayu Makmur (TPM) yang terjadi pada Rabu, 5 Februari 2025, telah menghentikan seluruh kegiatan ibadah di surau tersebut. Akses menuju Surau telah ditutup sejak Januari 2025, dan kini seluruh perlengkapan ibadah, termasuk mimbar Imam, karpet sajadah, serta berbagai inventaris Surau, telah dipindahkan tanpa komunikasi dengan Imam Surau.
Penggusuran ini berlangsung hanya beberapa pekan menjelang bulan suci Ramadan, yang mana Surau Baitul Ibadah menjadi pusat ibadah sholat Tarawih setiap malam. Selain itu, di surau ini juga rutin dilaksanakan sholat berjamaah lima waktu dengan dzikir shalawat. Bahkan, dzikir shalawat antara sholat Magrib dan Isya dilakukan tanpa putus setiap hari. Ditutupnya surau ini berarti seluruh rangkaian ibadah tersebut kini terhenti.
Tidak hanya itu, dapur umum yang selama ini menyediakan makanan siang dan malam bagi jamaah juga ikut dihentikan. Hal ini menimbulkan dampak sosial yang besar bagi jamaah yang terbiasa mengandalkan surau sebagai tempat beribadah dan berkumpul.
Kronologi Kejadian
Pada 5 Februari 2025, bangunan Surau Baitul Ibadah, beserta rumah imam, dapur umum, dan fasilitas MCK, dihancurkan oleh pihak pengembang PT TPM. Bahkan, hewan ternak dan tanaman yang ada di area tersebut ikut dimusnahkan. Padahal, hingga saat ini belum ada kesepakatan antara pihak pengembang dan pengurus Perguruan Baitul Ibadah terkait penggantian lahan dan fasilitas.
Komplek Perguruan Baitul Ibadah di Tembesi memiliki luas sekitar 3.000 meter persegi dan mencakup berbagai fasilitas, antara lain:
- Masjid (Surau) dengan luas 750 meter persegi,
- Sarana MCK, tempat wudhu, serta toilet jamaah laki-laki dan perempuan,
- Dapur umum dan ruang makan jamaah,
- Rumah Guru dan Imam,
- Kolam ikan dan kandang ternak sebagai sumber konsumsi jamaah,
- Kebun dan taman yang berisi tanaman produktif.
Pihak PT TPM sebelumnya hanya menawarkan penggantian berupa lahan kosong seluas 600 meter persegi di area Tanjung Piayu, yang dinilai tidak cukup untuk menampung bangunan dan fasilitas surau yang ada sebelumnya. Karena itu, pengurus Perguruan Baitul Ibadah mengajukan permintaan penggantian senilai Rp 4,35 miliar untuk membangun kembali fasilitas yang telah dihancurkan.





Tuntutan Pengurus dan Jamaah
Pengurus Perguruan Baitul Ibadah Indonesia menyatakan keberatan atas tindakan yang dilakukan oleh PT TPM. Mereka mendesak agar ada kesepakatan yang adil terkait penggantian fasilitas surau agar ibadah dan aktivitas keagamaan dapat kembali berjalan seperti semula.
Selain itu, mereka juga menyayangkan tindakan aparat lapangan yang dinilai tidak menghormati tempat ibadah. Pada saat penggusuran, petugas masuk ke area surau tanpa melepas alas kaki dan mengambil barang-barang inventaris surau tanpa pemberitahuan kepada Imam yang bertugas.