Senin, April 28, 2025

Ekonomi Lesu, Harga Naik, PLN Pusing: Kita Makin Bokek?

Must read

Oleh Eddy Herwanto

Coba deh perhatikan, makin banyak gerai Pizza Hut, McD, Starbucks, atau kafe-kafe kopi yang tutup. Tapi lihat Bakmi GM yang tetap ekspansi, atau Mi Gacoan yang makin merajalela. Ini tanda-tanda apa? Yup, kelesuan ekonomi udah mulai merembet dari kelas menengah ke bawah.

Yang bikin tambah geregetan, harga di pasar malah naik gila-gilaan! Pedagang di bawah PT Pasar Jaya, misalnya, menaikkan harga sesuka hati. Teri Medan yang tadinya Rp 35.000 per 250 gram, sekarang dibanderol Rp 45.000—bahkan lebih mahal dari daging sapi yang masih bertahan di Rp 35.000 per 250 gram.

Nelayan yang susah payah begadang di laut buat nangkap teri jelas nggak kecipratan untung. Begitu juga pengrajin emping, yang sekarang harganya mendekati Rp 70.000 per 500 gram dari yang sebelumnya Rp 55.000.

PLN Keteteran, APBN Makin Berat

Nah, efek dari semua ini apa? Pertumbuhan ekonomi kemungkinan bakal turun di bawah 5% pada kuartal I dan II tahun 2025. Kenapa? Karena belanja masyarakat makin loyo.

PLN juga mulai pusing. Mereka baru aja kasih diskon listrik 50% buat Januari-Februari kemarin, tujuannya biar masyarakat punya uang lebih buat belanja, terutama menjelang Lebaran. Tapi akibatnya? Defisit arus kas PLN makin melebar.

Yang makin bikin miris, puluhan pabrik pada gulung tikar, yang artinya pemasukan PLN juga kena dampak. Dari Sritex aja, PLN kehilangan pemasukan sampai US$ 25 juta per tahun! Coba hitung deh, berapa banyak lagi yang PLN bakal kehilangan dari pabrik-pabrik lain yang tutup? Pusing nggak tuh, Jeng Sri Mulyani, pas penerimaan APBN seret tapi harus tambah subsidi buat PLN?

Kalau kayak gini terus, ekonomi kita bakal makin seret. Harus ada langkah konkret, entah dari pemerintah atau pelaku usaha, biar daya beli masyarakat tetap terjaga dan industri nggak makin terpuruk.

Nggak cuma PLN yang keteteran, masyarakat juga makin terjepit. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok bikin orang lebih selektif dalam belanja. Pedagang kaki lima dan UMKM juga kena dampaknya karena pelanggan makin irit.

Sementara itu, industri manufaktur yang bergantung pada listrik dengan tarif industri juga mengeluh. Beban produksi naik, sementara permintaan pasar turun. Akibatnya, banyak yang mengurangi produksi atau bahkan terpaksa merumahkan karyawan.

Apa Solusinya?

Pemerintah perlu segera bertindak sebelum daya beli masyarakat benar-benar jeblok. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  • Stabilisasi harga pangan dengan intervensi lebih tegas terhadap rantai distribusi.
  • Dukungan untuk UMKM agar mereka tetap bisa bertahan di tengah tekanan ekonomi.
  • Insentif bagi industri agar mereka nggak buru-buru gulung tikar dan tetap bisa beroperasi.
  • Efisiensi anggaran PLN agar subsidi listrik bisa lebih tepat sasaran dan nggak bikin keuangan negara makin berat.

Kondisi ekonomi yang lesu ini nggak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kalau nggak ada langkah nyata, bukan cuma PLN yang pusing, tapi kita semua makin bokek! (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article