Dalam perjalanan keliling Indonesia 2022-2023, kami merekam sejumlah peristiwa ketika tentara terlibat dalam operasi penggusuran warga, antara lain di Wadas (Jawa Tengah) dan Poco Leok (Flores).
Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang luas seperti itu potensial menjadikan tentara musuh warga. Itu praktik akan secara efektif menghancurkan salah satu doktrin terpenting TNI sendiri: yakni Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata).
Di Urut Sewu, Kebumen, pada 2021, TNI sendiri bahkan terlibat bentrok langsung dengan warga karena berebut lahan. Warga menuduh TNI menyerobot tanah mereka. TNI memakai lahan warga untuk tempat latihan perang-perangan. Sambil diam-diam berencana menambang biji besi yang terkandung dalam pasir wilayah itu.
Itu salah satu skandal paling memalukan dalam sejarah TNI, ketika tentara dan warga terlibat dalam sengketa langsung. Warga yang protes disiksa, dipukuli dan ditembaki dengan peluru karet. Itu mengkhianati prinsip dasar Sishankamrata; sistem yang hanya dimungkinkan jika tentara dekat dengan rakyat.
Jika TNI menikmati dan membiarkan diri ditarik ke ranah sipil, mereka sesungguhnya sedang bunuh diri secara doktrinal: merusak doktrinnya sendiri.
Selama keliling Indonesia, kami juga menyaksikan betapa tentara dan polisi bersenjata menjadi ciri mencolok dari semua proyek strategis nasional (PSN) yang kami kunjungi. Itu mencerminkan jarak emosional yang demikian lebar antara aparat dengan warga sekitar.
Pendekatan keamanan yang berlebihan seperti itu pernah dominan pada masa Orde Baru. Dan kini sepertinya memuncak kembali: cenderung menjadikan warga sasaran kecurigaan dan intimidasi.
Keterlibatan TNI terlalu jauh dalam ranah sipil justru memperbesar risiko konflik antara tentara dengan warganya sendiri. Ini mungkin akan menguntungkan sejumlah jenderal, namun menghancurkan TNI sendiri dari dalam. Pendekatan seperti itu mematikan dialog dan musyawarah, serta memperkecil peluang partisipasi warga dalam pembangunan.
Padahal, partisipasi warga sangat penting ketika negara dalam situasi darurat. Tsunami di Aceh, misalnya, menunjukkan itu dengan gamblang. TNI takkan bisa mengatasi perang dan bencana sendirian.
Mereka membutuhkan partisipasi warga. Itulah esensi Sishankamrata. (Farid Gaban)