Rabu, April 30, 2025

Sudah, Dimasak Saja

Must read

Framing Memasak Kepala Babi

Oleh Ndoro Kakung

Bayangkan sedang menonton film thriller. Kamera menyorot wajah tokoh utama yang tersenyum di tengah kobaran api. Tanpa penjelasan, tanpa konteks. Spekulasi pun muncul: apakah dia pelaku? Apakah dia gila? Atau… tak peduli?

Begitulah yang terjadi saat pernyataan seorang juru bicara dipotong dan viral hanya karena satu kalimat: “udah dimasak aja.”

Pernyataan itu muncul sebagai respons atas insiden pengiriman kepala babi ke kantor sebuah media—sebuah aksi teror simbolik yang mengancam kebebasan pers. Namun, alih-alih ditampilkan utuh, media hanya menyorot potongan paling “menggigit.”

Publik pun murka. Judul berita menjadi sensasional. Media sosial meledak dengan cercaan. Dalam sekejap, juru bicara itu bukan lagi komunikator publik, melainkan meme, musuh, bahan ejekan.

Inilah kekuatan framing—seperti kamera yang hanya memilih sisi gelap seseorang dalam cahaya redup.

Apa Itu Framing?

Framing adalah teknik media dalam membingkai realitas, menyusun informasi dengan sudut pandang tertentu agar audiens melihat dunia melalui jendela yang telah dipoles.

Bukan kebohongan, tapi juga bukan kebenaran utuh.

Bayangkan fakta seperti cahaya putih. Media bisa memasang filter biru, merah, atau hitam. Warna yang sampai ke mata kita bukanlah cahaya aslinya, melainkan hasil olahan.

Di sinilah framing bekerja: bukan memalsukan peristiwa, tetapi mengatur bagaimana peristiwa itu dicerna.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article