Scott Bessent, yang disebut-sebut sebagai calon kuat Menteri Keuangan Amerika Serikat apabila Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden, menyampaikan pandangannya mengenai arah kebijakan ekonomi dan dampaknya terhadap pasar global. Dalam sebuah pernyataan pada 21 April 2025, Bessent memberikan peringatan bahwa tarif perdagangan yang diberlakukan Amerika terhadap China berpotensi menimbulkan tekanan inflasi tambahan.
Ia menilai bahwa kebijakan semacam ini tidak hanya akan mengerek harga barang di dalam negeri, tetapi juga menciptakan ketidakpastian di pasar global, yang pada akhirnya bisa membebani pertumbuhan ekonomi dunia.
Meskipun bersikap waspada terhadap dampak negatif kebijakan tarif terhadap ekonomi makro, Bessent justru menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap aset digital, khususnya Bitcoin.
Ia mengungkapkan keyakinannya bahwa Bitcoin akan terus mendapatkan perhatian investor sebagai alternatif lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi. Menurut laporan dari BeInCrypto, Bessent bahkan memperkirakan bahwa harga Bitcoin berpotensi melonjak hingga mencapai USD $100.000 sebelum tahun 2025 berakhir.
Pernyataan ini mencerminkan pandangan yang semakin populer di kalangan investor dan pengambil kebijakan yang mulai melihat aset kripto sebagai bagian dari strategi diversifikasi portofolio. Dalam situasi global yang penuh tekanan baik akibat ketegangan geopolitik, inflasi, maupun kebijakan moneter yang agresif Bitcoin dinilai memiliki potensi untuk menjadi “safe haven” digital layaknya emas di era sebelumnya.
Dengan latar belakangnya sebagai mantan manajer investasi yang sukses dan pengaruhnya di lingkaran ekonomi Trump, pernyataan Bessent menjadi sorotan penting bagi pelaku pasar. Baik pelaku industri keuangan tradisional maupun investor kripto akan mencermati arah kebijakan ekonomi yang mungkin dibawa oleh pemerintahan Trump jika terpilih kembali, serta dampaknya terhadap pergerakan pasar global dan tren harga aset digital.
Scott Bessent, juga turut menyampaikan pandangannya mengenai dinamika pasar aset digital di tengah ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung. Ia menyoroti bagaimana ketidakpastian ekonomi global, terutama yang dipicu oleh memanasnya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, justru menjadi faktor pendukung utama bagi penguatan nilai Bitcoin dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut Bessent, situasi ekonomi yang tidak menentu telah mendorong banyak investor untuk mencari alternatif yang lebih aman dan tidak terlalu terpengaruh oleh kebijakan moneter atau fiskal suatu negara.
Dalam konteks ini, Bitcoin dianggap semakin relevan sebagai aset pelindung nilai, mirip dengan peran emas dalam ekonomi konvensional. Kelebihannya sebagai aset digital yang terdesentralisasi menjadikannya menarik di tengah kekhawatiran inflasi dan gejolak kebijakan perdagangan.
Selain itu, ia menekankan bahwa momentum bullish yang saat ini dialami Bitcoin bukan semata-mata disebabkan oleh spekulasi ritel, tetapi juga didorong oleh peningkatan minat dari institusi keuangan besar.
Banyak lembaga kini mulai menempatkan Bitcoin dalam portofolio investasi mereka, baik sebagai aset lindung nilai maupun sebagai bagian dari strategi diversifikasi aset digital. Peningkatan adopsi institusional ini memperkuat fundamental Bitcoin dan menciptakan permintaan yang lebih stabil dan berjangka panjang.