PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan pendapatan sebesar USD234,76 juta atau setara Rp3,88 triliun hingga Triwulan I 2025. Di tengah dinamika industri baja global dan tantangan biaya produksi, Krakatau Steel tetap menunjukkan kinerja operasional yang solid dengan fokus pada strategi transformasi dan efisiensi berkelanjutan.
Direktur Utama Krakatau Steel, Muhamad Akbar Djohan, mengungkapkan bahwa Perseroan berhasil membukukan laba bruto sebesar USD12,95 juta (Rp214,59 miliar) dengan gross profit margin sebesar 5,52%. Di saat yang sama, Krakatau Steel juga berhasil menekan biaya usaha hingga 11% menjadi USD23,86 juta (Rp395,23 miliar), menunjukkan hasil dari upaya efisiensi yang terus dijalankan.
“Kami tetap optimis terhadap pemulihan dan peningkatan kinerja Krakatau Steel ke depan. Operasional pabrik Hot Strip Mill 1 (HSM#1) yang sudah mulai berjalan pada awal 2025, meskipun belum optimal, menjadi titik balik penting bagi perbaikan segmen baja maupun non baja,” jelas Akbar Djohan.
Transformasi Bisnis dan Efisiensi Operasional
Transformasi Krakatau Steel dilakukan secara menyeluruh melalui berbagai inisiatif, termasuk efisiensi operasional, restrukturisasi bisnis, dan pembentukan subholding. Penurunan biaya usaha secara signifikan pada kuartal ini menjadi indikasi keberhasilan upaya efisiensi yang berkelanjutan.
Selain itu, total aset Krakatau Steel per 31 Maret 2025 tercatat sebesar USD2,92 miliar (Rp48,35 triliun), naik 0,82% dibandingkan posisi per 31 Desember 2024. Hal ini mencerminkan penguatan struktur keuangan perusahaan di tengah tantangan industri.
Hilirisasi dan Subholding: Dorong Margin dan Perluasan Pasar
Salah satu fokus strategis Krakatau Steel adalah penguatan lini hilir melalui pembentukan subholding Krakatau Baja Konstruksi. Subholding ini diarahkan untuk mengembangkan produk-produk hilir baja khususnya untuk sektor konstruksi, yang diyakini memiliki potensi margin yang lebih tinggi.
Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk baja Krakatau Steel sekaligus memperluas jangkauan pasar, baik di dalam negeri maupun mancanegara. Strategi hilirisasi ini juga menjadi bagian dari upaya jangka panjang untuk meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global.
Ekspansi Pasar Ekspor dan Pemanfaatan Fasilitas Produksi
Dalam rangka diversifikasi pasar, Krakatau Steel terus memperluas ekspor produknya ke kawasan internasional, termasuk Eropa. Ini juga sejalan dengan target perusahaan untuk mengoptimalkan utilisasi fasilitas produksi, termasuk pabrik HSM#1 yang mulai beroperasi kembali pada Triwulan I 2025.
Untuk memastikan kelancaran operasional, Krakatau Steel telah menyiapkan serangkaian langkah preventif agar proses produksi di HSM#1 berjalan sesuai dengan target dan memberikan kontribusi maksimal terhadap pendapatan perusahaan.
Komitmen Jangka Panjang untuk Keberlanjutan Usaha
Transformasi Krakatau Steel mengusung semangat “Revolutionary Movements: Committed to Transform”, yang berfokus pada peningkatan kinerja, transparansi, serta keterbukaan kepada pemangku kepentingan. Selain itu, perusahaan juga berupaya menarik minat investor melalui berbagai inisiatif strategis dan tata kelola perusahaan yang lebih baik.
Upaya ini mencakup perbaikan aspek human capital, pengembangan infrastruktur, dan optimalisasi unit-unit bisnis pendukung seperti kawasan industri, logistik, energi, dan penyediaan air industri.
“Kami menyadari bahwa tantangan masih ada, namun Krakatau Steel telah menerapkan berbagai strategi dan langkah preventif yang dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan usaha jangka panjang,” ujar Akbar Djohan.
Tentang Krakatau Steel
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah produsen baja terintegrasi pertama dan terbesar di Indonesia, yang didirikan pada 31 Agustus 1971. Selain memproduksi baja, Krakatau Steel Group juga mengembangkan kawasan industri terpadu, layanan kepelabuhanan, logistik, penyediaan air industri, dan energi melalui pembangkit listrik, serta bekerja sama dalam joint venture dengan perusahaan dari Korea dan Jepang.
Krakatau Steel terus berkomitmen untuk mendukung pembangunan infrastruktur nasional melalui penyediaan baja berkualitas tinggi, transformasi bisnis berkelanjutan, serta penguatan posisi sebagai perusahaan strategis BUMN di sektor industri baja. (*)