Iron-Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 telah berakhir, namun komitmen untuk hilirisasi, kolaborasi regional, dan transformasi industri baja justru baru saja dimulai. Gelaran tersebut diselenggarakan bersamaan dengan SEAISI Conference & Exhibition , yang juga diakhiri dengan penuh semangat transformasi. Lebih dari 5.000 peserta dari 31 negara menghadiri konferensi ini, mempertegas posisi Indonesia dan ASEAN sebagai kekuatan baru industri baja global.
Dalam pidato penutupan, Muhammad Akbar Djohan, Chairman IISIA sekaligus Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pemangku kepentingan. Ia menegaskan pentingnya hilirisasi industri baja dan kolaborasi kawasan melalui pendekatan “ASEAN First.”
“Steel has no borders, but we do have priorities. It’s time for ASEAN to put ASEAN first,” tegas Akbar Djohan.
Dukungan Pemerintah: Sinergi Kementerian
ISSEI 2025 juga menunjukkan kekompakan pemerintah dalam memperkuat sektor baja nasional. Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Faisol Reza, menekankan bahwa industri baja adalah tulang punggung pembangunan dan ekonomi nasional.
“Pemerintah merencanakan pembangunan yang lebih holistik dan saya kira industri iron and steel akan menjadi bagian penting,” ujarnya.
Faisol menyoroti pertumbuhan signifikan industri logam dasar pada triwulan pertama 2025 sebesar 14,47% (y-o-y), jauh di atas pertumbuhan industri pengolahan non-migas. Selain itu, sektor ini berkontribusi sebesar 14,5% terhadap total investasi nasional pada kuartal yang sama. Peringkat Indonesia juga naik ke urutan ke-14 produsen baja kasar dunia dengan output mencapai 17 juta ton pada 2024.
Pemerintah juga menerapkan berbagai kebijakan perlindungan industri seperti Trade Remedies, pengendalian impor, penerapan SNI, dan dorongan peningkatan TKDN. “Industri baja adalah sektor yang sangat strategis. Pemerintah tidak akan membiarkan industri ini berjalan sendiri. Kita harus bergandengan tangan,” tegasnya.
Ia mengungkapkan bahwa Presiden RI memimpin langsung rapat terbatas membahas strategi penguatan bahan baku baja, menandakan betapa pentingnya sektor ini dalam visi pembangunan nasional.
Mewujudkan Asta Cita
Todotua Pasaribu, Wakil Menteri Investasi dan Industri Hilir, menekankan pentingnya hilirisasi sebagai strategi utama menuju pertumbuhan ekonomi 8% sebagaimana tertuang dalam visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka.
“Setiap ton baja yang kita hasilkan harus berdampak positif terhadap kesejahteraan, ketahanan industri, dan kedaulatan ekonomi nasional,” tegasnya.
Menurut Todotua, kolaborasi lintas negara, sinergi bisnis dan pemerintah, serta inovasi investasi adalah kunci masa depan industri baja ASEAN yang tangguh dan berkelanjutan.