Senin, Juni 23, 2025

Dampak Tarif AS: Menguji Ketahanan Industri Logam Indonesia

Must read

Oleh: Rioberto Sidauruk – Pemerhati Industri Strategis Indonesia

Kebijakan Amerika Serikat yang secara serampangan menaikkan tarif impor baja dan aluminium sebesar 50%, efektif mulai 5 Juni 2025, bukanlah sekadar riak kecil dalam perdagangan global, melainkan gelombang tsunami proteksionisme yang mengancam menenggelamkan industri logam dunia.

Walau Indonesia tidak menjadi target utama, dampaknya akan terasa hingga ke ulu hati industri baja dan aluminium nasional. Jika kita tak sigap dan reaktif, bersiaplah menyaksikan badai PHK dan keruntuhan ekonomi di sektor strategis ini!

Pasar Global Lumpuh

Kenaikan tarif AS ini adalah pukulan telak yang akan melumpuhkan pasar global. Dengan “tembok” 50% di pasar AS, eksportir baja dan aluminium dari negara-negara produsen utama, terutama Tiongkok, akan mati-matian mencari pasar alternatif. Dan tebak siapa yang jadi sasaran empuk? Asia Tenggara, termasuk Indonesia!

Kita di ambang kebanjiran baja dan aluminium murah yang bisa didumping ke pasar domestik kita. Bayangkan, harga baja AS mencapai $984/ton, sementara baja Tiongkok hanya $392/ton pada Maret 2025.

Jurang harga ini adalah sinyal bahaya! Jika produk asing yang kelewat murah membanjiri pasar, daya saing produk baja dan aluminium Indonesia akan tergerus habis, baik di pasar domestik maupun internasional.

Baca juga: Nyari Cuan di Internet Sambil Rebahan?

Produksi akan anjlok, keuntungan lenyap, dan PHK massal akan jadi kenyataan pahit. Apakah kita akan diam saja, membiarkan industri nasional kita menjadi tempat sampah bagi kelebihan produksi global?

Rantai Investasi Putus

Dampak proteksionisme AS tidak berhenti sampai di situ. Rantai pasok dan iklim investasi kita juga akan jadi korban. Industri aluminium Indonesia masih bergantung pada impor bahan baku esensial seperti bauksit.

Kebijakan AS ini berpotensi mengacaukan stabilitas pasar komoditas global, yang ujung-ujungnya menaikkan biaya impor bahan mentah bagi produsen Indonesia. Kenaikan harga bahan baku berarti beban produksi yang makin berat, dan margin keuntungan yang makin tipis.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article