Rabu, Juli 9, 2025

Ulil, Wahabi, dan Bad Mining

Must read

Catatan Farid Gaban

Kang Ulil Abshar Abdalla mengecam para akrivis lingkungan yang membela kelestarian alam Raja Ampat. Dia memberi label para aktivis dengan sebutan “wahabi lingkungan”.

Yang disebut “wahabi lingkungan” kira-kira adalah orang yang jumud, konservatif dan berkacamata kuda membela lingkungan tak peduli konteks.

Kang Ulil mengatakan tambang (mining) adalah maslahat; punya banyak manfaat. Menurut Kang Ulil, yang harus ditolak adalah bad mining (practices). Saya terus terang heran dengan cara pandang Kang Ulil. Bukankah yang aktivis lingkungan (salah satunya Greenpeace) lakukan di Raja Ampat itu mencegah bad mining?

Menurut aturan pemerintah sendiri, pulau kecil tak boleh ditambang. Mengapa menambang di pulau kecil dilarang? Makin kecil pulau, makin rapuh secara ekosistem.

Pulau kecil adalah pulau yang luasnya kurang dari 2.000 km2. Pulau Gag itu cuma 60-80 km2, sangat dan sangat kecil! Pulau kecil punya kapasitas kecil dalam mempertahankan eksistensinya sendiri, bahkan tanpa ada eksploitasi tambang.

Apalagi jika dihajar tambang yg mengancam eksistensinya: hutannya dikelupas, sedimentasi dan limbah logam beratnya masuk ke laut dan membunuh terumbu karang puluhan kilometer jauhnya. Penambangan di Pulau Gag, per definisi, adalah bad mining. Kenapa Kang Ulil keberatan?

Baca juga: Startup, Jalan Panjang dari Nol Menuju Sukses

Tambang tentu saja membawa maslahat ekonomi. Tapi siapa yang paling diuntungkan? Kang Ulil mungkin bisa mencari tahu siapa sebenarnya yang menguasai cadangan nikel Indonesia sekarang? Siapa yang menikmati bonanza ekonomi dari tambang ini?

Lalu tanyakan pula: Siapa yang membayar ongkos kerusakan lingkungan lewat banjir, longsor, pencemaran udara dan darat, serta hilangnya ikan di laut?

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article