📚 Resensi Buku: Jakarta After Dark: City of Sins & Dreams karya Burhan Abe
Oleh Didi N. Batara
Jakarta di malam hari itu seperti perempuan cantik yang berdiri di ujung bar, menatapmu balik dengan tatapan yang sulit ditebak. Kamu tahu dia bukan tipe yang akan kamu bawa ke acara keluarga — terlalu liar, terlalu penuh rahasia — tapi justru itu yang bikin kamu ingin mendekat.
Lewat buku ini, Burhan Abe, jurnalis yang pernah memimpin Popular dan MALE, lalu jadi kontributor tetap di The Jakarta Post, menulis Jakarta yang jarang kamu temukan di brosur pariwisata. Ini adalah Jakarta yang baru benar-benar hidup ketika matahari tenggelam — ketika neon menyala, musik menggeram, dan janji-janji manis dilafalkan oleh bibir yang mabuk.
Tapi Jakarta After Dark bukan cuma soal hedonisme. Ada lapisan sosiologis yang diam-diam menamparmu pelan. Bagaimana kota ini menyisihkan ruang untuk pelarian bagi para pekerja kantoran yang siangnya terlalu rapi; bagaimana para urban nomad mencari koneksi instan karena keintiman jangka panjang terasa mustahil di kota sebesar ini. Di sini, kamu bisa jatuh cinta dalam waktu semalam — lalu pura-pura lupa besoknya di ruang meeting lantai 25.
Bisa unduh di SINI.
Sementara itu, warung sate pinggir jalan, abang kopi keliling, tukang parkir — mereka semua jadi saksi bisu dari drama-drama kecil yang terjadi tiap malam. Kota ini menonton kita berdansa dalam rasa canggung, mabuk, kesepian, bahkan kadang putus asa. Jakarta menyimpan begitu banyak cerita di balik suara klakson dan tawa keras yang terdengar palsu kalau dicermati lebih lama.
Akhirnya, buku ini terasa seperti surat cinta — tapi juga surat pengakuan dosa — untuk Jakarta. Untuk lampu-lampunya yang tak pernah padam, untuk orang-orang yang hanya berani jujur ketika malam terlalu larut, dan untuk kenangan yang hanya bisa dirawat diam-diam dalam hati.
🔗 Kalau kamu ingin tahu kenapa orang-orang terus datang ke Jakarta meski katanya kejam, atau sekadar ingin membaca tentang cinta-cinta singkat yang menampar, kamu wajib baca buku ini. Download dan nikmati langsung di sini: Jakarta After Dark
“Karena beberapa cinta memang cuma diciptakan untuk malam — biar kita bisa tetap waras di siang hari.”