Senin, November 17, 2025

Monopoli Tanpa Kesejahteraan: Indonesia dan Kutukan Sumber Daya

Must read

Mengubah Jalannya Permainan

Meski begitu, Indonesia belum tentu ditakdirkan jadi pemain yang kalah. Justru kesadaran bahwa kita terjebak dalam “permainan timpang” bisa jadi momentum untuk mengubah strategi. Ada tiga jurus utama yang bisa ditempuh agar papan Monopoli ini tidak terus dikuasai segelintir orang.

PR 4.0: Mengelola Persepsi di Era Digital

Pertama, diversifikasi ekonomi. Bergantung pada komoditas mentah membuat permainan kita rapuh. Indonesia perlu mengisi papan dengan sektor baru: manufaktur, jasa, ekonomi digital, dan energi terbarukan. Malaysia memberi contoh: meski juga pengekspor sawit, mereka berhasil mendorong hilirisasi, menghasilkan produk turunan bernilai tinggi. Seperti pemain Monopoli yang tidak hanya puas punya petak, tapi rajin membangun rumah dan hotel.

Kedua, investasi pada manusia. Singapura jadi bukti bahwa tanpa sumber daya alam pun bisa menang besar. Rahasianya ada pada pendidikan, riset, dan tenaga kerja berdaya saing tinggi. Indonesia harus serius membenahi mutu sekolah, universitas, dan kesehatan. Bonus demografi bisa jadi modal luar biasa—asal dikelola dengan baik. Kalau tidak, justru berubah jadi beban.

Ketiga, reformasi tata kelola. Dalam permainan apa pun, aturan main harus adil. Kalau wasit membiarkan pemain besar menguasai semua petak lewat jalan pintas, maka pemain kecil hanya akan jadi korban. Korupsi, birokrasi lamban, dan kebijakan elitis adalah masalah utama yang harus dibereskan. Transparansi, akuntabilitas, dan keberanian memperkuat hukum adalah kunci agar setiap pion punya kesempatan menang.

Sejumlah indikator terbaru memang memberi sedikit harapan. BPS mencatat rasio gini Maret 2025 turun menjadi 0,375. UNDP menempatkan Indonesia di peringkat 113 dari 193 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia 2025, dengan skor 0,728. Transparency International memberi skor 37 dalam CPI 2024—sedikit lebih baik dibanding 2022. Legatum Prosperity Index 2023 menempatkan kita di posisi 63 dari 167 negara. Semua ini menunjukkan pergerakan, meski jalannya masih pelan.

Indonesia jelas tidak kekurangan aset di papan Monopoli dunia. Yang kita butuhkan adalah strategi cerdas untuk memainkannya: memperluas portofolio, membangun rumah dan hotel sendiri, serta memastikan hasil permainan dirasakan semua pemain, bukan hanya segelintir.

Kalau Indonesia ingin keluar dari paradoks negara kaya tapi rakyat miskin, jalannya jelas: jangan lagi hanya jadi penyewa komoditas mentah. Perkuat manusia, perbaiki tata kelola, dan pastikan setiap pemain punya peluang adil. Hanya dengan begitu, kita bisa menang bersama, bukan sekadar jadi pion yang terus berputar tanpa tujuan. (*)

Mesin Uang AliExpress: Cara Mencetak Dolar Lewat Dropshipping

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article