Oleh Eddy Herwanto
Pernah minum susu dalam kemasan? Hampir semua Industri Pengolahan Susu (IPS) mencantumkan “made from (made with) fresh milk” dalam kemasannya.
Salah? Tidak. Jika kita cermati IPS Cimory, misalnya, menggunakan susu sapi segar hanya 20%. Sedang selebihnya memakai susu bubuk full cream (impor). Tapi mengapa Cimory berani memakai tagline “made with (huruf kecil) Fresh Milk (huruf lebih besar)”
Konsumen pasti jarang memelototi komposisi susu olahannya. Sementara Frisian Flag memakai tagline “made from fresh milk” dengan susu segar lumayan 50%.

Ultra Jaya lebih baik: memakai 92,8% susu segar untuk produk low fat. Sedang untuk full cream memakai 100% susu segar. Untuk Indomilk silakan diteliti sendiri deh, baik untuk yang full cream atau low fat. Apalagi untuk pendatang baru di IPS.
Hanya susu eks Greenfield yang menggunakan 100% susu segar baik untuk full cream atau low fat. Karenanya Greenfield berani mencantumkan 100% fresh milk. Untuk yang low fat hanya 1,1% mengandung fat.
Trik IPS mengaburkan produknya dengan bahasa “made atau with” bisa mengecoh konsumen, apalagi komposisi isian produknya ditulis kecil kecil bak virus. Jika konsumen berbelanja dengan item bervariasi maka trik IPS itu pasti terlewatkan
Pertanyaannya, mengapa IPS melakukan trik itu? Yang utama tentu bahan baku skim milk impor (eks Australia) lebih murah dibandingkan susu segar eks peternak
Dorongan mengimpor skim milk itu makin marak setelah pemerintah mencabut keharusan IPS menyerap susu segar eks peternak. Liberalisasi ini dimungkinkan sejak. IMF pada 1998 meminta regulasi itu dicabut karena dianggap penghalang nontarif perdagangan bebas.
Memorandum IMF yang harus ditandatangani itu merupakan salah satu syarat agar pinjaman US$ 4,5 miliar IMF bisa dipakai untuk, antara lain, membiayai.impor RI. Biang dari kemerosotan penjualan susu segar peternak ke IPS itu memang IMF, seperti racun buat peternak sapi.
Dulu di zaman Orba adalah GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indinesia) yang meminta agar IPS mau menyerap susu segar eks peternak. Semula berupa imbauan karena GKSI melihat susu peternak ditolak karena dianggap kurang higenis dan mengandung banyak air.