WhatsApp menunda kebijakan barunya terkait privasi menyusul munculnya kebingungan massal atas data apa saja yang dikumpulkan dan dibagikan dengan perusahaan induknya, Facebook. Sejak akhir 2020, WhatsApp mulai memberi tahu pengguna tentang pembaruan persyaratan layanan dan kebijakan privasinya, yang harus disetujui pengguna jika ingin tetap menggunakan platform tersebut setelah 8 Februari 2021.
Ke1bingungan seputar pembaruan ini telah membuat banyak pengguna pindah ke aplikasi pesaing, seperti Signal dan Telegram. WhatsApp akhirnya memutuskan untuk menunda peluncuran kebijakan baru itu hingga 15 Mei.
Pada 15 Januari, dalam sebuah unggahan di situs resminya, WhatsApp menyatakan bahwa mereka telah mendengar dari begitu banyak orang terkait kebingungan yang muncul seputar pembaruan persyaratan layanan dan kebijakan privasinya baru-baru ini. “Ada banyak misinformasi yang menyebabkan kekhawatiran dan kami ingin membantu semua orang memahami prinsip kami dan fakta-fakta yang ada,” demikian penjelasan WhatsApp.
Menurut laporan CNN, kebijakan privasi WhatsApp menyatakan bahwa informasi pengguna yang dikumpulkannya dapat dibagikan dengan perusahaan milik Facebook yang lain “untuk membantu mengoperasikan, menyediakan, meningkatkan, memahami, menyesuaikan, mendukung, dan memasarkan layanan kami dan penawaran mereka”. Namun, sebelumnya, WhatsApp mengatakan bahwa praktik berbagi data ini bukanlah hal baru.
Di situs resminya, WhatsApp menekankan bahwa fitur end-to-end encryption atau enkripsi ujung ke ujung di platform-nya membuat perusahaan maupun Facebook tidak bisa melihat pesan pribadi pengguna. Mereka juga tidak menyimpan log dengan siapa pengguna berkirim pesan atau melakukan panggilan. WhatsApp pun menyatakan bahwa mereka tidak bisa melihat lokasi yang dibagikan oleh pengguna dan tidak membagikan kontak pengguna dengan Facebook.
Menurut WhatsApp, mereka memang membagikan informasi tertentu kepada Facebook. Informasi itu antara lain informasi pendaftaran akun seperti nomor telepon pengguna, data transaksi, informasi terkait layanan, informasi tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan pengguna lain saat menggunakan layanan WhatsApp, informasi perangkat seluler, serta alamat IP pengguna.
Kepala WhatsApp Global, Will Cathcart menyebut tidak ada penurunan jumlah pengguna WhatsApp meskipun bertebaran isu terkait pembaruan kebijakan privasi platform. Dia juga menyatakan bahwa pihaknya tidak bisa menghindari adanya kompetisi dalam memperebutkan kepercayaan pengguna terkait privasi. Meskipun begitu, menurut Cathcart, beberapa aplikasi mengklaim memiliki enkripsi ujung ke ujung, namun sebenarnya tidak memilikinya.
Untuk meyakinkan penggunanya di India, WhatsApp pun sempat memasang iklan di sejumlah media cetak. Mereka menghabiskan sekitar 10 juta rupee atau sekitar Rp 1,9 miliar untuk memasang iklan di setidaknya 10 media cetak berbahasa Inggris dan Hindi di sana. “WhatsApp menghormati dan melindungi privasimu,” demikian bunyi iklan WhatsApp yang terpampang di salah satu koran India. (TEMPO)