Jumat, Desember 20, 2024

Mengamankan pasokan vaksin Covid-19

Must read

Program vaksinasi di Indonesia mendapat pujian dari WHO

Indonesia memiliki vaksin yang makin bervariasi Itu setelah vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca Inggris telah datang ke Indonesia, Senin (8/3/2021). Setelah tiba, sebanyak 1,1 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi, dibawa ke Bandung untuk disimpan di PT Bio Farma, Bandung.

Vaksin tersebut merupakan tahap pertama dosis dari 11.704.800 juta dosis vaksin. Pengirimannya dilakukan secara bertahap dan diperkirakan akan selesai pada Mei 2021. Selain itu, vaksin tersebut sudah mendapat mendapat ijin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dikeluarkan sehari sesudah kedatangan vaksin. 

Menanggapi hal itu, pengamat imunisasi Dokter Elizabeth Jane Soepardi menyambut gembira. Ia mengatakan bahwa Indonesia mendapat prioritas pertama di antara negara-negara di Asia Tenggara yang mendapat vaksin tersebut.

“Untuk itu WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memberikan apresiasi yang tinggi kepada Indonesia,” katanya.

Menurut anggota Persatuan Ahli Epidemologi Indonesia, WHO tak perlu kerja keras. Sebab pemerintah sangat pro aktif. Presiden Joko Widodo meminta semua menteri bekerja keras mendapatkan vaksin dari beragam produsen dan kelembagaan.

“Tak cuma Menteri Kesehatan, tetapi juga menteri-menteri yang lain seperti Menteri Luar Negeri dan Menteri Keuangan,” jelas Jane.

Indonesia pantas bersyukur, karena fasilitas COVAX melalui WHO dan UNICEF (Organisasi PBB yang mengurusi anak-anak dan pendidikan) biasanya diprioritaskan untuk negara-negara miskin, seperti negara-negara Afrika.

Sepengetahuannya, baru Afrika Selatan yang sudah mendapatkannya. Sebagian akan mendapatkannya pada Semester II tahun ini. “Nah Indonesia sudah dapat lebih dahulu sejak Januari lalu,” katanya.

Jane mengatakan bahwa Indonesia beruntung punya pabrik vaksin PT Bio Farma. Menurutnya, di Asia Selatan dan Asia Tenggara, hanya Indonesia dan India yang punya pabrik vaksin.

Sebab dengan adanya pabrik vaksin, Indonesia tidak perlu membeli vaksin jadi. Di Bio Farma, adonan itu terus dibuat. Dalam tempo empat minggu, vaksin sudah jadi.

“Kalau beli vaksin jadi, volumenya lebih besar dan harganya jadi lebih mahal,” ujarnya. Sedangkan bila membeli dalam bulk (bahan baku), Bio Farma bisa mengolahnya untuk dibuat vaksin jadi. Satu botol bulk bisa digunakan untuk membuat 8-10 dosis vaksin. 

Sampai sekarang Indonesia sudah mendapat sekitar 4,1 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi. Yaitu: 3 juta dosis dari Sinovac Biotech, Cina. Sisanya dari AstraZeneca. Selain bentuk jadi, Sinovac juga sudah mengirimkan 35 juta dosis dalam bentuk bahan baku (bulk)

Menurut Bambang Heriyanto, Jurubicara PT Bio Farma, total bulk vaksin yang akan diterima dari Sinovac sebanyak 140 juta dosis, yang akan diterima secara bertahap hingga bulan Juli 2021 mendatang. Sejauh ini, program vaksinasi masih berjalan dengan lancar dan baik.

“Kami optimis program vaksinasi dapat dicapai sesuai target pemerintah,” katanya. 

Pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, baik secara langsung dengan perusahaan yang bersangkutan (bilateral) ataupun melalui kelembagaan (Kementerian Luar Negeri) untuk skema pasokan vaksin Covid-19 secara multilateral.

Kapasitas Bio Farma bisa menampung keseluruhan vaksin Covid-19 yang dibutuhkan oleh Indonesia. “Vaksin yang datang tidak selamanya disimpan terus di gudang penyimpanan, tapi tentu akan didistribusikan untuk segera digunakan mengejar program vaksinasi dan mencapai herd immunity,” kata Bambang.

Ke depanpemerintah sudah mendapat komitmen dari  sejumlah perusahaan farmasi lain, baik langsung maupun melalui lembaga lain. Dari Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) misalnya, pemerintah mendapat komitmen 100 juta dosis.

Lantas Novavax dari AS, berkomitmen mengirimkan 50 juta dosis.  Itu di luar vaksin bikinan Moderna dan Sinopharm yang disalurkan lewat program vaksin gotong royong (mandiri). 

Menurut Jane, jumlah tersebut cukup untuk memvaksin sekitar 181.554.465 juta orang Indonesia atau sekitar 360-an lebih juta dosis. Jane yakin Bio Farma mampu menampung dosis vaksin sebanyak itu. Ini karena Bio Farma sudah berpengalaman. “Bio Farma sudah mengekspor vaksin ke 130 dari 194 negara di dunia,” ungkapnya.

Menurut data dari laman covid19.go.id, dari target sebanyak itu, sasaran vaksinasi tahap pertama dan kedua berjumlah 40.349.051 orang (per 11 Maret 2021).

Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.696.059 orang sudah divaksin dosis pertama, sedangkan yang sudah menjalani penyuntikan dosis kedua sebanyak 1.295.615 orang.

Yang termasuk dalam tahap pertama adalah tenaga medis, sedangkan yang tahap kedua adalah pekerja publik. Ada pun kelompok pekerja publik antara lain, petugas keamanan TNI-Polri, pedagang, tenaga pendidik, awak media, pekerja transportasi, dan sebagainya.

Namun demikian, menurut Jane, angkanya belum banyak. Masih sedikitnya cakupan vaksin tersebut dinilai masih sangat sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara lain, yang waktu pelaksanaan vaksinasinya bersamaan. 

Ambil contoh, AS sudah memvaksin 88 juta dosis. Lantas Cina 52,5 juta dosis, India 21 juta dosis, dan Inggris 23 juta dosis. Sementara Indonesia baru sekitar 3,5 juta dosis. “Akibatnya yang terjadi vaksin yang mencari orang,” ujar Jane.

Ia melihat selama ini tempat vaksinasi hanya menunggu orang yang mau divaksin. Setelah dipanggil lewat surat atau pesan singkat melalui telepon seluler, calon penerima vaksin akan mendatangi tempat vaksinasi yang ditentukan.

Cuma belakangan ini memang ada terobosan vaksinasi drive thru. “Dengan drive thru orang tak perlu datang ke tempat vaksinasi,” kata Jane.

Selain itu, vaksinasi dengan model Pekan Imunisasi Nasional dan pola Pos Pelayanan Terpadu, bisa diterapkan untuk vaksinasi Covid-19. Mereka bisa datang ke pasar, tempat ibadah dan tempat keramaian untuk divaksinasi. 

Jane juga berharap jangan terlalu ketat melakukan skrining terhadap calon penerima vaksin. Sebab, di AS dan sejumlah negara lain, tidak memberikan pemeriksaan yang ketat. Ini yang membuat jumlah orang yang divaksin di sana sangat banyak.

“Karena menurut saya, semua vaksin dari berbagai merk itu sangat aman. Jadi jangan terlalu kawatir pada efek sampingnya, yang sangat ringan,” tukas mantan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kemenkes. 

Pexels

Sedangkan soal isu salah sasaran program vaksinasi, tak perlu dipersoalkan sekali. Ini karena pada akhirnya semua warganegara Indonesia yang memenuhi syarat bakal divaksin juga.  

Meskipun begitu pemerintah menetapkan pentahapan vaksinasi tersebut bertujuan baik, yaitu agar kelompok masyarakat yang rentan terpapar Covid-19 dan bersinggungan dengan banyak mendapat perlindungan terlebih dahulu. 

Vaksinasi memang merupakan satu cara untuk mencapai herd immunity. Makin cepat dan banyak penduduk mendapat vaksin, makin kecil peluang virus itu menyebar. Tapi itu juga perlu dibarengi dengan ketaatan masyarakat terhadap 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak) serta mempercepat atau mengekskalasi 3T (testing, tracing, dan treatment). 

Untuk 3M misalnya, saat tiba di rumah, pastikan tidak membawa virus dari luar. Caranya: segera mencuci tangan dengan sabun, mengganti baju dan mandi. Baru setelah semuanya bersih bisa bertemu dengan keluarga. Bila di rumah memiliki anggota keluarga yang termasuk dalam kelompok rentan, seperti orang tua dan anak-anak, gunakan masker saat berinteraksi dengan mereka. (Aries Kelana)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article