Jumat, November 15, 2024

Goya

Must read

Pada tahun 1814 Ferdinand VII berpose untuk dilukis Francisco de Goya. Tidak ada yang aneh di situ. Goya, pelukis untuk tahta Spanyol, mengerjakan potret raja baru itu. Tetapi keduanya, seniman dan raja, saling benci.

Raja curiga, bukan tanpa alasan, bahwa lukisan-lukisan istana Goya bohong. Sang seniman tidak punya pilihan kecuali melakukan pekerjaan yang memberinya nafkah untuk hidup hari-harinya dan menjadi pelindung yang efektif dari Inkuisisi Suci yang memusuhinya.

Pengadilan Tuhan telah selalu ingin membakar hidup-hidup pencipta La Mana Desnuda dan berbagai karya lainnya yang mengolok-olok kebajikan para imam dan kegagahberanian para prajurit.

Raja mempunyai kuasa, sang seniman tak punya apa-apa. Ferdinand menduduki tahta untuk menghidupkan kembali Inkuisisi dan hak-hak istimewa kaum bangsawan dengan berpijak di pundak massa rakyat yang menyorakinya:

“Hidup rantai!”

Tidak lama, Goya kehilangan pekerjaannya sebagai pelukis raja, digantikan oleh Vicente López, seorang birokrat dengan kuas yang taat.

Seniman tanpa pekerjaan itu menyepi di rumah desa di tepian Sungai Manzanares, dan di tembok-tembok rumahnya ia menciptakan mahakarya yang dikenal dengan Lukisan-lukisan Hitam.

Goya melukisnya untuk dia sendiri, untuk kesenangan dan ketidaksenangannya, di malam-malam yang sunyi dan patah. Di bawah cahaya lilin yang meremang di topinya, lelaki tuli total ini justru mendengar suara-suara pecah zamannya dan memberinya bentuk dan warna.

Eduardo Galeano

“Mirrors”

Penerjemah: Wardah Hafidz

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër
- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article