Era revolusi industri 4.0 perlahan-lahan menuntun manusia ke dalam sebuah masyarakat digital. Era digital juga berdampak pada pola hubungan masyarakat lewat media sosial. Wajar jika masyarakat Indonesia kini cenderung mengalami perubahan dan dinamika sosial.
Dr. Tobirin, narasumber webinar Gerakan Nasional Literasi Digital Kementerian Kominfo di Kabupaten Brebes – JawaTengah, Rabu (2/6) menjelaskan, kemajuan dalam perkembangan teknologi khususnya kemudahan mengakses internet tentu memiliki banyak dampak bagi kehidupan sosial. Dampak itu bisa bersifat positif maupun negatif, bahkan ada yang cenderung destruktif.
“Masyarakat kita menjadi mudah marah dan cenderung sangat sensitif, menjadi ingin didengar dan dipahami,” tuturnya.
Tobirin mencontohkan, pada kebijakan larangan mudik misalnya, pemerintah memberlakukan larangan mudik selama dua tahun berturut-turut. Tujuannya untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Namun di sisi lain, masyarakat malah tidak peduli dengan kebijakan pemerintah tersebut, meski dampaknya untuk kepentingan bersama.
Menurut Tobirin, saat ini digital culture di Indonesia masih perlu dibangun kuat agar tercipta manusia digital yang bertanggung jawab. “Jangan sampai mengakibatkan luluhnya nilai-nilai bangsa. Untuk itulah literasi digital menjadi sesuatu hal yang penting. Sikap tabayyun, saling mengkonfirmasi, sangat dibutuhkan oleh generasi digital,” jelasnya.
Sikap tabayyun dan saling mengkonfirmasi ini, lanjut Tobirin, perlu disosialisasikan dan diajarkan kepada seluruh masyarakat. Apalagi, ini selaras dengan sambutan Presiden Joko Widodo pada peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni kemarin. Intinya, kita harus mewaspadai ancaman ideologi transnasional, tidak lain tidak bukan adalah dengan menguatkan dan mengokohkan nilai-nilai Pancasila. Maka, di era digital nilai-nilai Pancasila harus menjadi solusi.
Lebih lanjut Tobirin menyatakan, perkembangan teknologi yang sangat pesat juga telah mengubah industri pariwisata. Media digital terbukti mampu berkontribusi menjadi alat marketing dalam mempromosikan tujuan objek wisata.
Hal ini memberikan dampak positif, utamanya pada sektor ekonomi yang berkembang sangat signifikan. Sebagai gambaran, ada desa yang bertransformasi dari desa miskin menjadi desa wisata. Di situlah peran dunia digital berimplikasi positif mengembangkan potensi wisata di Brebes. “Perekonomian masyarakat dan kemiskinan bisa teratasi,” ujarnya.
Dosen Universitas Jenderal Soedirman ini juga mencontohkan, masa pandemi telah mengubah dunia pendidikan. Dunia pendidikan mengalami akselerasi dari pertemuan tatap muka menjadi pembelajaran daring. Ini tidak terjadi dengan sendirinya, tapi berproses.
Aplikasi-aplikasi dan metode belajar daring pun terus berupaya menghadirkan konsep pembelajaran yang diharapkan membantu tenaga pendidik. “Transformasi digital menjadi sebuah pilihan bagi institusi pendidikan tingkat dasar hingga tingkat tinggi,” jelasnya.