Kementerian Kominfo bersama Debindo menggelar acara webinar literasi digital secara virtual dengan topik ”Antisipasi Distorsi Informasi sebagai Akses Transformasi Digital” untuk warga di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (9/6/2021).
Acara yang dimulai pukul 13.00 WIB itu menghadirkan narasumber: Burhan Abe (digital enthusiast, pendiri Start Up Resep Coffee), Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Sapta Dinata (peneliti Paramadina Public Policy Institute), Muhammad Arwani (Kemendes), serta dimoderatori Debi Glen (presenter) dan Shafinaz Nachiar (presenter) selaku key opinion leader.
Selaku praktisi dan pemerhati dunia digital, Burhan Abe mengatakan, transformasi digital telah ditandai dengan berlangsungnya digitalisasi di setiap lini kehidupan manusia. ”Digitalisasi telah mempengaruhi cara kita bekerja, berbelanja, berpergian hingga mendidik dan mengelola hidup,” cetusnya.
Burhan menyebut praktik transformasi digital biasanya digunakan dalam konteks bisnis. Pengenalan teknologi digital telah memicu penciptaan model bisnis baru dan aliran pendapatan. ”Transformasi digital bukan cuma tentang teknologi, tetapi juga menyangkut perilaku, gaya hidup, bahkan kultur,” kata dia.
Namun, Burhan mengingatkan, transformasi digital juga memiliki efek samping. Yakni, distorsi informasi. Kemajuan teknologi informasi melalui media massa dan media sosial sering berakhir dengan perspektif negatif akibat adanya distorsi informasi. ”Perkembangan teknologi informasi belum diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan kebebasan informasi dengan baik,” tutur jurnalis senior ini.
Akibat dari itu, ada distorsi dalam komunikasi yang bisa berakibat bahaya. ”Contoh, informasi seputar Covid-19,” ujarnya. Masih menurut Burhan Abe, ada enam langkah untuk mengikis distorsi informasi ini.
Pertama, melalui pemilihan media yang tepat, baik itu online, cetak, elektronik maupun media sosial. Kedua, pemilihan diksi yang tepat. Ketiga, memahami stock of knowledge komunikan. Keempat, menunjukkan citra yang selaras peran komunikasi. Kelima, penggunaan bahasa yang sama; dan keenam, bentuk pesan jelas dan mudah dimengerti.
Ditambahkan, pemerintah selaku pemegang keputusan dalam pemerintahan juga pemimpin informal serta para key opinion leader diharapkan mempunyai program sosialisasi atas isu-isu tertentu agar bisa diterima masyarakat dengan baik sebagai solusi mengatasi distorsi informasi. ”Intinya, membangun satu frekuensi, suatu pemahaman terhadap isu-isu tertentu yang mereka kelola bersama agar menghasilkan output yang sama,” katanya.
Burhan Abe lantas menunjuk pentingnya sosialisasi literasi digital agar masyarakat mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk menyaring, memilah, dan memproduksi pesan-pesan yang terdapat di internet dan media sosial.
Dalam kesempatan berikutnya, Hayuning Sumbadra dari Kaizen Room menyebut ihwal perlunya mengenalkan nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam ruang digital. ”Nilai utamanya adalah cinta, saling menghormati perbedaan kepercayaan di ruang digital. Juga, kesetaraan memberlakukan orang lain dengan adil dan manusiawi serta upaya harmoni untuk kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi dan individu,” kata Hayuning.
Kegiatan yang merupakan bagian dari Program Literasi Digital Nasional: Indonesia Makin Cakap Digital ini telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 20 Mei 2021 lalu. Dalam setiap webinar, masing-masing narasumber menyampaikan beragam materi dari sudut pandang empat pilar utama literasi digital: Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills).
Di wilayah Kabupaten Sleman, Kementerian Kemkominfo akan menggelar berbagai kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.