Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka secara virtual membuka webinar di wilayah Surakarta pada Senin (14/6/2021). Ia berharap, webinar yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital dan digelar di semua kabupaten/kota itu dapat mendorong pelaku UMKM, antara lain dalam menentukan strategi marketing dan promosi yang tepat.
Secara khusus, Gibran berpesan kepada para pelaku UMKM untuk mencari sumber-sumber informasi digital yang positif, “Sehingga, dengan demikian, melalui program ini akan terbentuk SDM digital yang andal,” ujarnya.
Perubahan Informasi yang disokong digitalisasi teknologi kian dirasakan oleh semua orang dan turut mengubah kebiasaan serta interaksi sosial.
Anang Putra Darmawan CEO Marc Indonesia mengajak peserta webinar pentingnya menjaga etika berinternet sejak dini agar waktu online bisa lebih bermanfaat dan aman. Tak bisa dimungkiri, anak-anak rentan terkena cyberbullying, phishing, scam, hingga pencurian identitas serta tindakan merugikan lainnya.
“Diperlukan adanya netiquette (etika dalam menggunakan internet). Aturan yang bersifat mengikat dan memaksa orang untuk berperilaku sopan” ujarnya.
Widiasmorojati menilai, era digital jangan dibuat menjadi sesuatu hal yang menakutkan dan kembali kepada pribadi masing masing dalam menentukan perspektif. “Kalau boleh memilih, digitalisasi lebih banyak peluangnya,” jelasnya.
Terlebih pengguna internet yang terus meningkat tiap tahunnya. Di Indonesia angka pengguna intenet mencapai 196 juta jiwa, tentu itu adalah sinyal positif bagi pelaku usaha. Melihat pasar yang luas, merupakan suatu peluang yang menjanjikan.
Layaknya teknologi yang menuntut pemilik bisnis untuk adaptif, masyarakat saat ini pun menuntut produk dan layanan yang serba cepat serta praktis. Dan jika pemilik bisnis tidak dapat memenuhi keinginan ini, konsekuensinya bisnis akan ditinggalkan oleh konsumen secara perlahan.
Widi mengungkapkan, dengan kemajuan teknologi digital, diharapkan seluruh masyarakat dan pelaku usaha dapat beradaptasi dan meningkatkan kapasitas diri guna memanfaatkannya secara positif.
Tahun 1980 dan 1990-an, bullying tidak dilakukan lewat komunikasi jarak jauh, tidak menggunakan media apa pun. Pada saat itu orang mengeluarkan langsung apa yang menjadi ketidaksukaannya. Sekarang bullying disampaikan dalam bentuk teks. “Kesiapan mental kita terhadap transformasi digital tidak hanya berupa toleransi sosial namun diperlukan juga toleransi digital,” ujar Gisella Anggraini Hermana, praktisi pendidikan.
Interaksi webinar kali ini berlangsung menarik. Wegang Sri Wulanjari, peserta webinar dari SMPN 4 Surakarta, ikut menanggapi permasalahan bullying. Wegang menilai, bullying yang terjadi di kalangan pelajar, kadang tidak sadar kalau dirinya menjadi korban bullying, semisal body shaming.
Sebaliknya, yang mem-bully kadang juga tidak sadar atau paham bahwa candaannya itu masuk pada tindakan bullying kepada temannya. “Artinya, perlu ada edukasi kepada anak-anak bagaimana menggunakan medsos dengan bijak,” katanya.
Webinar di Surakarta mengangkat tema “Melek Digital sebagai Adaptasi New Normal”. Empat narasumber yang mengisi adalah Anang Putra Darmawan CEO Marc Indonesia, Widiasmorojati business consultant, praktisi lendidikan Angraini Hermana, dosen UGM Erfan Aryaputra, dimoderatori oleh Thommy Rumahorbo dan Shafinaz Nachiar sebagai key opinion leader.
Selain di Surakarta, Kementerian Kominfo juga menyelenggarakan berbagai kegiatan webinar literasi digital di semua kabupaten/kota di 34 provinsi Indonesia. Program Indonesia Makin Cakap Digital ini dilaksanakan selama periode Mei hingga Desember 2021.