Kementerian Kominfo bersama Debindo menggelar acara webinar literasi digital secara virtual dengan topik ”Menyikapi Kesenjangan Digital Antar Gender dan Kelas Sosial”, di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Selasa (22/6/2021).
Dimulai pukul 09.00 WIB, webinar yang dipandu entertainer Mansyah ini menghadirkan narasumber utama Riri Khariroh (aktivis perempuan), M. Ilham Fatah (Kaizen Room), Ari Ujianto (penggiat advokasi sosial), Arif Hidayat (dosen Universitas Negeri Semarang) dan Putri Juniawan (presenter TV) sebagai key opinion leader.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Literasi Digital Nasional: Indonesia Makin Cakap Digital yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 20 Mei 2021 lalu. Setiap narasumber webinar menyampaikan materi dari sudut pandang empat pilar utama literasi digital, yakni Digital Culture, Digital Safety, Digital Ethics, dan Digital Skills.
Aktivis perempuan Riri Khariroh mengatakan penggunaan media digital masih didominasi laki-laki. Merujuk data Kominfo (2021), Riri mengungkapkan antara pria dan wanita Indonesia saat ini memiliki kesenjangan sebesar 1 persen dalam kepemilikan ponsel. “Sedangkan dalam kapabilitas penggunaan internet, terdapat gap sebesar 5 persen,” kata Riri.
Menurut Riri, masih banyak perempuan di Indonesia yang belum mengetahui bagaimana menggunakan teknologi digital. “Kefasihan digital perempuan masih rendah,” kata dia. Riri lantas merunut penyebab, kenapa perempuan cenderung tertinggal dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Ada sejumlah faktor melatarinya.
“Perempuan lebih terbatas dalam mobilitas dibanding laki-laki akibat interpretasi budaya dan agama,” kata Riri. Riri mengatakan terkait pendidikan, masih banyak perempuan yang buta huruf karena minimnya akses pendidikan dan informasi, pelatihan TIK yang tidak merata, keterbatasan waktu serta fasilitas ekonomi dan keuangan.
“Pembuat kebijakan kurang peduli dengan kebutuhan khusus perempuan dalam TIK, sebagian besar industri di bidang TIK didominasi laki-laki, tidak banyak perempuan berperan dalam bidang TIK seperti programmer, ilmuwan komputer, dan profesi sejenis lainnya,” papar Riri.
Dalam ruang publik dan media perempuan juga kerap dilekatkan dengan stigma negatif berbagai citra seperti seksi, lemah, emosional, dan lainnya.
“Ada pula faktor karena kekhawatiran akan online safety,” kata Riri. Selain itu, patriarki budaya telah mengkorelasikan laki-laki dengan fungsi tugas di luar rumah tangga sedangkan perempuan dengan sesuatu di dalam rumah seperti mengurus anak.
“Hal-hal ini mempengaruhi perempuan dalam penggunaan teknologi, pandangan bahwa teknologi dominasi laki-laki dan berada dalam domain maskulin,” katanya.
Jadi sejauh ini masih tercipta yang disebut Digital Divide antara laki-laki dan perempuan. “Ini artinya kesenjangan dalam mengakses sumber sumber digital,” katanya.
Ari Ujianto selaku Penggiat Advokasi Sosial mengatakan sejumlah dimensi kesenjangan digital tercermin dalam banyak hal.
“Mulai dari akses, keterjangkauan, usia, bandwith, konten, disabilitas, pendidikan, gender, migrasi, lokasi, telepon genggam, kecepatan dan manfaat,” ujar Ari.
“Secara global kesenjangan antara perempuan dan laki laki yang mengakses internet sebesar 12 persen (Internasional Telecommunication Union), dan perempuan 48,7 persen sementara laki laki 51,3 persen,” kata dia.
Di Kabupaten Purbalingga, Kementerian Kominfo RI akan menyelenggarakan berbagai kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021. Kegiatan Webinar Literasi Digital ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.