Rabu, November 20, 2024

Hoaks, mudah dipercaya karena isunya mencengangkan

Must read

Sejak pandemi Covid-19, berbagai informasi seputar virus Corona membanjiri lini masa karena kondisi di seluruh dunia terdampak. Sayangnya informasi-informasi yang beredar itu juga diselipi kabar yang belum tentu kebenarannya, sehingga menimbulkan kegaduhan masyarakat. Kritis dalam menerima informasi menjadi hal penting dalam menghadapi hoaks di masa pandemi. 

Hal tersebut hangat dibahas dalam webinar literasi digital yang disampaikan oleh sejumlah narasumber: Anang Dwi Santoso, Najib Azca, M. Nur Arifin, Rifqi Fairuz dan key opinion leader Poppy Sovia serta moderator Putri Juniawan.

Gerakan literasi digital nasional tersebut merupakan program pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) RI dalam mendukung percepatan transformasi digital untuk mencapai masyarakat yang cakap digital.  Literasi digital ini dengan berpegang pada empat pilar penting: digital culture, digital ethics, digital safety, dan digital skill.

Di ruang digital, mempunyai digital skill merupakan keniscayaan yang harus dimiliki oleh pengguna media sosial, sebab media sosial menjadi tempat yang gampang sekali dimasuki segala bentuk informasi, termasuk berita hoaks.

Anang Dwi Santoso dalam paparannya menyampaikan bahwa orang mudah percaya dengan hoaks karena kurangnya literasi digital. Masyarakat Indonesia dinilai memiliki minat baca rendah sehingga mudah termakan hoaks karena informasi ditelan mentah-mentah. 

“Orang mudah percaya hoaks karena isunya yang mencengangkan, sehingga membuat orang mudah bereaksi. Hoaks yang terus disebar dianggap sebagai kebenaran,” jelas Anang kepada peserta webinar di Grobogan, Rabu (23/6/2021).

Lebih jauh Anang menyatakan, setidaknya Kominfo mengklasifikasikan ada empat ciri sebuah informasi itu merupakan berita bohong atau hoaks. “Sumber informasi medianya tidak jelas identitasnya, tidak ada unsur 5W 1H yang menjadi pondasi sebuah berita, adanya permintaan penyebaran info secara masif, serta diproduksi dengan menyasar kalangan tertentu,” jelas Anang. 

Tak jarang informasi hoaks didapatkan dari orang-orang terdekat seperti keluarga atau teman. “Tanpa disadari keluarga menjadi orang yang menyebarkan berita hoaks. Jika menemukan hal ini maka dekatilah secara personal dan ajak mereka mencari informasi pembanding dan kenalkan pada sumber yang kredibel. Jangan main menghakimi secara langsung serta mengingatkan bahwa info dari orang yang terkenal sekalipun belum tentu kebenarannya,” imbuh Anang. 

Hal-hal tersebut patut dilakukan sebab di masa pandemi global ini, berita hoaks dapat memperburuk situasi, menyebabkan kepanikan, dan membuat masyarakat terkotak-kotak, bahkan menimbulkan bahaya yang lebih parah.

“Jika menemukan info yang disangsikan bisa dengan melapor ke Kominfo, atau mengecek sendiri dengan memanfaatkan Google, atau kontak-kontak lain yang dapat memverifikasi kebenaran suatu informasi,” pungkas Anang.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article