Rabu, November 20, 2024

Saatnya bermigrasi ke digital marketing

Must read

Data Dinas Koperasi (Diskop) Kabupaten Jepara 2020 menunjukkan, ada lebih dari 80 ribu pemilik usaha UMKM di wilayah itu. Namun, sejak munculnya wabah pandemi Covid-19 produktivitas UMKM ikut terdampak. Hal ini terkait dengan kapasitas SDM; belum siap dengan perubahan; promosi dan pemasaran.

Freesca Syafitri turut merasa prihatin atas imbas wabah covid yang memukul sebagian usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM. Menurutnya permasalahan tersebut tak perlu terjadi, apabila para pelaku UMKM mengantisipasinya dengan pemahaman sejak dini terkait era revolusi industri 4.0.

”Revolusi industri 4.0 ditandai dengan sistem siber fisik dan Internet of Things. Karakter utamanya terjadi disrupsi teknologi yang cepat dan pesat sehingga mengancam industri besar,” tutur staf pengajar UPN Jakarta itu, pada webinar literasi digital oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Selasa (29/6/2021).

Menurut Freesca, revolusi industri 4.0 justru menguntungkan perusahaan yang ukurannya kecil seperti UMKM.  Di era yang baru ini, ukuran perusahaan tidak perlu besar, namun perusahaan tersebut haruslah ’lincah’ dalam memanfaatkan teknologi dan informasi.

”Beberapa model bisnis dan pekerjaan di Indonesia telah terkena dampak dari arus digitalisasi: Toko konvensional mulai tergantikan dengan online marketplace, Taksi dan ojek tradisional mulai digantikan moda transportasi online,” jelas Freesca.

Dalam webinar bertema: ”Usaha Ekonomi Digital Inspiratif” itu Freesca juga menjelaskan soal wajah baru UMKM Indonesia ke depan dan peluang bisnis era 4.0 yang meliputi: fintech, cloud hosting, bisnis online, dan on demand service.

Beberapa syarat yang harus dimiliki agar UMKM Indonesia bisa bersaing dalam kompetisi di era industri 4.0 masing-masing: UMKM dituntut memiliki kemampuan adaptif yang lebih baik; Menguasai teknologi yang sedang berkembang; Paham digital marketing; Inovatif sebagai unsur terpenting yang harus dimiliki para pelaku UMKM.

Freesca lalu memberikan tips agar UMKM mampu bersaing dalam dunia digital: penguasaan gadget, skill story telling, fotografi dasar, pengelolaan bisnis dasar, digital marketing di medsos, penguasaan fitur dalam e-marketplace.

Berbicara tentang ekonomi digital, Dosen FEB Universitas Ngurah Rai I Wayan Meryawan menyatakan, ekonomi digital mengacu kepada ekonomi yang berbasis pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

”Selama satu dekade tahun terakhir, ekonomi digital telah menjadi pendorong utama perubahan struktural dan perubahan ekonomi baik di tingkat nasional maupun regional melalui bisnis digital,” ujar Wayan.

Menurut Wayan, penetrasi penggunaan internet dan telepon pintar menghadirkan peluang bagi pelaku bisnis sebagai inspirasi dalam mengembangkan usaha secara go digital. 

”Data dari We Are Social dan Hootsuite menyebutkan, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan internet terbesar di dunia, yaitu sebesar 51 persen dalam kurun satu tahun terakhir. Angka ini jauh dari rata-rata pertumbuhan internet global yang hanya sebesar 10 persen,” papar Wayan. 

Indonesia, lanjut Wayan, juga berada dalam 12 besar negara di dunia dengan penetrasi penggunaan telepon pintar terbesar di dunia. Angka ini menunjukkan potensi yang besar jika pelaku bisnis dapat memulai go digital sebagai inspirasi usaha. 

”Masyarakat di era digital pada umumnya cenderung menginginkan inovasi dan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Hadirnya platform jual beli online, media sosial, dan transaksi pembayaran secara elektronik pilihan yang efisien bagi masyarakat,” pungkas Wayan.

Acara virtual yang dipandu moderator Bobby Aulia ini, juga menghadirkan narasumber: Widiasmorojati (konsultan bisnis), Jota Eko Hapsoro (CEO Jogjania.com), dan Indira Wibowo selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article