Pengguna media sosial harus pintar dan bijak. Norma dan etika di dunia nyata juga harus berlaku di dunia maya. Jangan menganggap seperti dunia yang berbeda.
Hal itu diungkapkan Direktur Content Creative Indonesia Imam Wahyudi saat mengisi webinar literasi digital dengan topik ”Menyaring Informasi dan Hoaks di Setiap Aktivitas Digital” yang dihelat untuk warga Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (2/7/2021).
Imam mengatakan, internet selama ini memang menjadi ladang populer untuk menyebarkan hoaks atau berita bohong. Namun di sisi lain, internet juga memiliki banyak tools untuk memverifikasi informasi itu hoaks atau tidak.
Tak hanya verifikasi informasi teks, internet kini juga menyediakan tools untuk verifikasi informasi berupa gambar maupun video. “Jadi jangan salahkan internetnya atau salahkan media sosialnya, semua tergantung kualitas manusianya,” kata Imam dalam webinar yang diikuti pembicara Septa Dinata (peneliti Paramadina Public Policy Institute); Muhamat Taufik (Kaizen Room), dan Imaduddin Indrissobir (digital practitioner) itu.
Melalui acara yang dipandu entertainer Thommy Rumahorbo dan aktor Ayonk itu, Imam menyebut sikap mental kritis dalam menyerap informasi. “Saat mendapat informasi dari satu sumber yang disebarkan, berpikirlah kritis soal medianya, dari mana sumber itu, serta apa motif dan background informasi itu,” kata Imam.
Ia pun merekomendasikan sebuah sikap mental yang skeptis alias tidak mudah percaya dengan cara melakukan verifikasi atau tabayyun sebelum memberikan atau meneruskan informasi itu.
Mantan anggota Dewan Pers ini mencontohkan kasus rusuh Wamena 2019 silam. Pemicu rusuh di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, itu juga disulut hoaks berupa adanya isu seorang guru mengeluarkan kata rasis.
Padahal setelah dilakukan pengecekan oleh polisi, isu tersebut tidak benar. Namun akibat provokasi, para pelajar maupun masyarakat melakukan unjuk rasa dan terjadi pembakaran beberapa kantor pemerintah, seperti kantor Bappeda, ruko-ruko milik masyarakat dan beberapa motor.
Massa yang anarkistis juga membakar dan merusak beberapa fasilitas umum, pemerintah dan warga. Aparat gabungan TNI dan Polri serta Bupati Jayawijaya sudah menenangkan massa.
“Jadi kita perlu kritis, perhatikan konteks informasi yang disebar itu, pelajari waktu pengiriman informasi itu, latar belakang dan motif pengirim,” tutur Imam.
Imam Wahyudi menyarankan masyarakat pengguna ruang digital kian bijak di era keterbukaan ini. “Cermati informasi itu apa manfaat, mudharat dan kemungkinan lainnya,” kata dia.
Dalam webinar yang digelar Kementerian Kominfo bersama Debindo itu, Taufik dari Kaizen Room mengungkapkan, teknologi baru seperti era digital ini juga melahirkan sejumlah tantangan baru bagi penggunanya.
“Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun tidak dapat dimungkiri kemajuan teknologi itu juga menciptakan tantangan baru masyarakat digital,” ujar Taufik.
Dengan besarnya tantangan di era digital itu, Taufik mengatakan masyarakat perlu memahami dan memiliki digital skills. “Digital skill artinya kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital. Mulai dari website hingga berbagai aplikasi di smartphone,” tambah Taufik.
Untuk diketahui, di wilayah Kabupaten Boyolali ini Kementerian Kominfo akan menyelenggarakan berbagai kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa. Masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta webinar dan bisa terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mengakses dan membuka akun media sosial @siberkreasi.