Minggu, November 17, 2024

Cakap kembangkan kompetensi di era digital

Must read

Ranah cakap digital memiliki kurikulum dasar yang harus dikuasai oleh pengguna dunia digital. Aspek itu meliputi pengetahuan dasar menggunakan hardware, mengoperasikan software dan aplikasi, mengenal mesin telusur (search engine), seluk beluk aplikasi chat dan media sosial, dan aplikasi tentang e-wallet serta e-commerce.

Pendapat tentang kurikulum dasar cakap digital atau digital skill itu disampaikan pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Taufiqur Rahman pada acara webinar literasi digital bertajuk ”Memanfaatkan Dunia Digital untuk Meningkatkan Kompetensi” yang dihelat Kementerian Kominfo untuk warga masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (16/7/2021).

Ciri warga digital yang kompeten, menurut Taufiq , yakni mampu mengelola jejak dan identitas digital, semisal bagaimana mengelola penampilan kita di dunia digital, mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar digital, serta mampu mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan di dunia digital.

Masalahnya, lanjut Taufiq, banyak orang tak hirau dan menganggap remeh jejak digital. Padahal, setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang pengguna dengan bantuan perangkat digital yang terkoneksi dengan layanan internet baik itu yang bersifat pasif maupun aktif, akan meninggalkan jejak digital.

”Jejak digital pasif adalah jejak pengguna yang kita tinggalkan saat berselancar di  internet. Sedangkan jejak aktif adalah jejak pengguna saat mengunggah atau menambahkan konten di ruang siber,” jelas Taufiq.

Digital skill, menurut Taufiq, membutuhkan pemahaman pengelolaan identitas digital, atau kemampuan untuk memahami prinsip jejak digital dan konsekuensinya dalam kehidupan nyata. 

”Pengelolaan identitas digital bertujuan untuk mengelola dengan bertanggung jawab dan secara aktif akan membentuk reputasi digital yang positif. Untuk itu, miliki, bentuk dan kelola dengan baik identitas digitalmu!” tegasnya.

Taufiq menambahkan, ada tiga jenis (level) identitas digital. Pertama, identitas warga digital; level kedua, identitas co-creator; dan level ketiga, identitas pelaku perubahan digital.

Di akhir paparannya, Taufiqur Rahman menyampaikan empat jenis sumber pembelajaran digital, meliputi: model simulasi, animasi dan grafis, permainan dan quis, serta e-book dan e-notes.

Narasumber lain, Ketua LSM Atmawidya Alterasi Indonesia Titok Hariyanto berbicara soal menemukan dan mengembangkan kompetensi. Caranya adalah dengan mengenali diri sendiri, disiplin diri, berpikir terbuka, dan tak takut mencoba hal baru.

Dunia digital, kata Titok, merupakan sumber informasi dan referensi yang hampir tak terbatas. Meski begitu, tidak semua informasi yang ada di dunia digital itu selalu benar. Karena itu, biasakan untuk bersikap kritis terhadap informasi yang diterima dan hanya mengakses informasi dari sumber yang bisa dipercaya.

”Selanjutnya, akses informasi yang relevan dengan kebutuhan dan diskusikan informasi yang diperoleh dengan teman, guru, atau mentor,” tegasnya.

Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Dwiky Nara itu juga menghadirkan narasumber Muhammad Ilham Fatah (fasilitator nasional), Fadjarini Sulistyowati (dosen STPMD ”APMD” Yogyakarta) dan Ayu Rachmah selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article