Minggu, November 17, 2024

Lebih 700 peserta ikuti webinar strategi tangkal konten hoaks 

Must read

Sebanyak 709 peserta antusias mengikuti webinar literasi digital bertajuk “Strategi Menangkal Konten Hoaks” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (19/7/2021).

Kali ini webinar menghadirkan narasumber Mathori Brilian (aktor dan budayawan digital Kali Opak), M. Ilham Fattah (fasilitator nasional), H.M Nurkholis (Kasi Kelembagaan Kementerian Agama Jateng), Siti Mutmainah (Kasi Tenaga Kependidikan Kementerian Agama Jateng) serta dipandu Ayu Perwari dan Rosalia Intan Pitaloka selaku key opinion leader.

Kasi Kelembagaan Kementerian Agama Jateng H.M. Nurkholis mengungkap masifnya jumlah pengguna telepon pintar di Indonesia turut dibarengi masifnya orang-orang tak bertanggung jawab menyebarkan berita bohong atau hoaks, khususnya di platform media sosial.

“Tak hanya lewat media sosial, hoaks juga seringkali disebarkan lewat aplikasi percakapan, khususnya grup-grup WhatsApp dengan topik yang bermacam-macam. Mulai dari agama, politik, ekonomi hingga belakangan ini soal info kesehatan karena ada pandemi Corona,” kata Nurkholis.

Lantas, apa sebenarnya manfaat orang menyebarkan berita hoaks? Nurkholis merujuk sejumlah definisi untuk menjelaskannya. Arti kata hoaks secara umum biasa menunjuk pada makna berita bohong. Sedangkan secara istilah, hoaks bisa diartikan sebagai sebuah berita bohong yang digunakan untuk memperdaya banyak orang atau melakukan pemalsuan informasi yang akhirnya membuat banyak orang terpedaya. 

“Tapi dalam perspektif lain, hoaks dimaknai juga sebagai permainan yang bertujuan untuk memberikan tipu muslihat yang pada intinya memang bermaksud untuk melakukan penipuan dengan sebuah kabar atau berita,” tutur Nurkholis.

Fenomena yang berkaitan dengan hoaks itu sendiri sudah banyak menjamah berbagai aspek kehidupan di berbagai lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, lanjut Nurkholis, berbicara mengenai hoaks, tidak jauh dari istilah ujaran kebencian atau hate speech

“Ujaran kebencian ini dicirikan dengan hasutan, hinaan, maupun provokasi dalam berbagai aspek kehidupan dan dengan kemajuan informasi saat ini berita hoaks dan ujaran kebencian makin mudah dilakukan,” ujar Nurkholis.

Menilik berbahayanya dampak hoaks, Nurkholis menyebut pentingnya di era kemajuan digital ini masyarakat pengguna dibekali dengan berbagai hal untuk menangkal. Di antaranya lewat penguatan literasi digital, pendidikan, juga penanaman nilai-nilai moral keagamaan. 

“Pendidikan menjadi wahana kondusif penanaman nilai-nilai budaya bangsa. Di masa pandemi ini, digitalisasi media menjadi alternatif dalam proses keberlangsungan belajar mengajar,” jelas Nurkholis.

Kebebasan dan mudahnya akses media digital/medsos ke siswa memerlukan filter yang kuat agar tidak terjerumus ke dampak negatif digital. “Secara terintegratif upaya penanggulangan dampak negatif dan digitalisasi dilaksanakan melalui pendidikan,” jelas Nurkholis.

Aktor dan Budayawan Digital Kali Opak Mathori Brilian dalam paparannya mengatakan, belakangan ini isu hoaks turut mengangkat soal isu pandemi Covid-19. “Informasi bohong soal Covid-19 ini membuat masyarakat resah dan sebagian percaya terhadap berita tersebut. Jadi, kita sebagai pengguna harus dapat menghindari hoaks, sekaligus membantu menghentikan penyebarannya di media sosial,” kata Mathori.

Mathori menjelaskan, untuk menangkal hoaks ia membuat satu istilah yakni cakap sebagai Insan Digital Indonesia atau IDI. “Sebagai seorang Insan Digital Indonesia yang cakap dan bisa menangkal hoaks wajib memahami informasi secara akurat, agar jangan sampai tersesat,” ujarnya.

Menurut Mathori, saat mengakses media digital pengguna jangan sampai membiarkan pikirannya terlena. Apalagi langsung menyebarkan informasi yang diperoleh tanpa menilik kebenarannya lebih jauh untuk konten- konten yang bombastis atau provokatif.

“Sebagai insan yang cakap digital hendaknya juga memahami bahwa media sosial menjadi wahana silaturahmi di tengah keterbatasan yang ada, tidak hanya sebagai ruang eksistensi,” kata dia.

Mathori tak lupa mengingatkan, di dunia maya berlaku norma sama dengan dunia nyata. Oleh sebab itu, ia mendorong pengguna satu dengan lainnya untuk saling menjadi pengingat agar media digital saling memberi manfaat. “Jangan lelah menjadi pribadi yang berbaik hati, baik di dunia nyata dan dunia maya,” pungkas Mathori.

Sebagaimana wilayah lain, di Kabupaten Banjarnegara, Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.

Serial webinar ini bertujuan untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa. Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun media sosial @siberkreasi.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article