Jumat, November 22, 2024

Pembelajaran daring, menjadi guru milenial yang menyenangkan

Must read

Berlangsung secara virtual, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan diskusi literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dengan tema “Tantangan Pembelajaran di Era Digital”, Rabu (4/8/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional literasi digital yang berjalan sejak Mei 2021 dalam rangka mendukung percepatan transformasi digital di Indonesia.

Dipandu Bobby Aulia (entertainer) sebagai moderator, hadir empat narasumber dari berbagai bidang: Annisa Choiriya Muftada (social media specialist PT Cipta Manusia Indonesia), Anggraini Hermana (praktisi pendidikan), Daryono (editor Tribunnews.com), dan Ahmad Wahyu Sudrajad (dosen UNU Yogyakarta). Diskusi juga diisi oleh Safira Hasna (wakil II Mbak Jateng 2019) sebagai key opinion leader.

Literasi digital merupakan gerakan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih cakap menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Setidaknya ada empat kompetensi penting yang harus dimiliki oleh warga digital, yaitu literasi pada aspek kebudayaan, keamanan, etis bermedia, dan juga kecakapan.

Sebagai pemantik diskusi, Annisa Choiriya Muftada mengatakan, kehadiran teknologi tidak bisa dihindari bahkan sebagai masyarakat harus mampu beradaptasi. Termasuk dalam pembelajaran. Saat pembelajaran secara online semakin masif karena kondisi pandemi, menuntut seluruh satuan pendidikan untuk bisa beradaptasi di dalamnya.

Adaptasi pembelajaran online adalah dengan menerapkan learning management system (LMS) yang diintegrasikan dengan media digital. Dan untuk bisa lebih beradaptasi diperlukan kecakapan digital, yaitu tidak hanya mengetahui tapi mampu menggunakan dan mampu memahami teknologi informasi dan komunikasi.

“Kita harus sadar untuk beradaptasi dengan model pembelajaran baru ini. Yaitu dengan membuat inovasi dalam metode pembelajaran, kreatif dalam menyampaikan materi agar mudah dipahami oleh peserta didik, dan melakukan kolaborasi agar pembelajaran lebih interaktif,” jelas Annisa.

Jika mau jeli dan mau beradaptasi di era digital, lanjut Annisa, sebenarnya sudah ada banyak sekali platform aplikasi dan website yang menyediakan sarana pembelajaran. Ada website Rumah Belajar dari Kemendikbud, Google Workspace for Education, Ruang Guru, Sekolahmu dan platform belajar online lainnya yang bisa dimanfaatkan secara gratis.

“Sebagai pendidik juga harus mampu memahami preferensi peserta didiknya. Murid sekolah yang saat ini terdiri dari generasi Z ini biasanya lebih suka dengan konten yang atraktif, berbentuk visual, ringan dan menghibur. Pada dasarnya, konten visual lebih cepat diproses oleh otak daripada kata-kata. Selain itu menyelingi materi dengan kegiatan ice breaking bisa menjadi cara untuk mengajak interaksi murid. Selain itu pendidik juga perlu memanfaatkan waktu yang efektif dalam menyampaikan materi karena ada kalanya murid menjadi cepat bosan saat belajar,” imbuhnya.

Nah, untuk membuat konten materi yang menarik, guru dapat memanfaatkan sejumlah aplikasi seperti Canva dan Slide untuk membuat slide presentasi yang menarik dan atraktif. Atau, jika ingin membuat video pembelajaran bisa memanfaatkan Powtoon.

Melanjutkan diskusi, Anggraini Hermana memberikan pemaparan digital ethics dalam pembelajaran daring. Ia mengatakan, transformasi digital membuat semua orang dapat lebih mudah melakukan pembelajaran. Bahkan tidak terbatas di tingkat pendidikan, pembelajaran juga mencakup semua segmen.

Ia mengamati adaptasi terhadap teknologi memberikan fakta bahwa kapan pun bisa menjadi waktu belajar, di mana pun bisa jadi ruang belajar dan siapa pun bisa menjadi guru. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan jaringan internet yang stabil, serta bagi siswa didik butuh pendampingan belajar yang artinya orangtua dan guru punya peran besar dalam proses belajar.

“Ketika sudah mampu beradaptasi dan kecakapan digital dipahami, maka yang tidak boleh ditinggal adalah etika dalam belajar online. Belajar secara daring lebih sering menggunakan video konferensi, secara etika peserta didik harus menyalakan kameranya selama pembelajaran berlangsung. Siswa juga harus fokus.”

Anggraini menambahkan, guru dan siswa diharapkan bisa menciptakan suasana kelas online yang kondusif. “Penyampaian materi menggunakan bahasa yang baik, jelas, dan lugas. Mampu mengendalikan diri saat mengutarakan pendapat, juga siswa harus bisa memperhatikan waktu ketika mengirim pesan dan bertanya kepada guru,” lanjut Anggraini.

Selain itu, sebagai pendidik, beradaptasi dengan teknologi adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Mau meningkatkan digital skills, memiliki sudut pandang luas, memiliki pemikiran modern dan visioner, menjadi suri tauladan baik bagi siswa, menggunakan pendekatan etika yang tidak membosankan, dan menjadi guru yang menyenangkan dengan gaya bahasa yang menarik.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article