Kamis, Desember 26, 2024

Menjadi cerdas saat berselancar di dunia digital dan media sosial

Must read

Menjadi pengguna teknologi digital yang cerdas di era digital saat ini menjadi sangat penting agar mampu memanfaatkan perangkat digital secara efektif sesuai kebutuhan. Era digital telah mengubah cara pandang seseorang dalam menjalani kehidupan.

Teknologi yang berkembang pesat membuat perubahan besar kepada seluruh dunia. Mulai dari membantu mempermudah segala urusan sampai membuat masalah, karena tidak bisa menggunakan fasilitas digital dengan baik dan benar.

Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak bermunculan.

Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali. Oleh karena itu, para pengguna harus menjadi cerdas ketika berselancar di dunia maya maupun media sosial.

Untuk menjadi pengguna yang cerdas di era digital, etika berkomunikasi di dunia maya dan media sosial pun harus dipahami.

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Sukarno mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengguna digital dalam berkomunikasi. Di antaranya tidak menyebar capture percakapan privat ke area publik atau orang lain.

Kemudian cermat dan bijak dalam memilih stiker dan emoji yang ada di media sosial, serta harus sopan dalam merangkai kata dan tuliskan salam ketika memulai atau mengakhiri percakapan.

“Hal yang tidak kalah penting supaya jangan pernah membawa SARA,” katanya dalam webinar literasi digital dengan tema ”Menjadi Cerdas di Era Digital”, yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (4/8/2021).

Sukarno juga membeberkan cara kerja untuk bermedia sosial. Menurutnya, setiap pengguna harus berhati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi ke publik untuk mengantisipasi penyalahgunaan oleh orang yang tak bertanggung jawab.

Kemudian juga harus menggunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapapun di media sosial dan berhati-hati terhadap akun yang tidak dikenal.

Di samping itu, setiap pengguna juga harus memastikan terlebih dahulu unggahan di akun media sosialnya tidak mengandung unsur SARA, memanfaatkan media sosial untuk membangun jaringan atau relasi, serta ketika mengunggah konten juga pastikan mencantumkan sumbernya.

“Jangan mengunggah apapun yang belum jelas sumbernya dan memanfaatkan media sosial untuk menunjang proses pengembangan diri,” ucapnya.

Narasumber lain, Kaprodi Magister Informatika UAJY, Yonathan Dri Handarkho mengatakan masyarakat Indonesia termasuk dalam collectivist society dalam menilai sebuah informasi.

“Yang mana masyarakat cenderung untuk mengiktui pendapat dan ide dari sekitar dimana mereka tinggal,” ujarnya.

Yonathan juga mengungkapkan dari hasil survey yang dilakukan Neilsen pada 2020 menemukan bahwa dari 61 persen responden Indonesia melacak berita terkait Covid-19 dengan memeriksa berbagai sumber informasi beberapa kali melalui platform media sosial.

Yonathan pun membeberkan beberapa langkah sebelum membagikan berita melalui akun media sosial, di antaranya harus melakukan pencarian dan pengecekan secara cepat.

“Pada kolom pencarian google, yahoo atau bing, ubah klaim atau fakta informasi menjadi sebuah kalimat tanya. Kemudian lihat hasilnya dan pastikan kita memilih dari sumber yang kredibel,” ucapnya.

Dalam webinar yang dihadiri oleh sekitar 230 peserta itu, hadir narasumber lainnya, Pemred Padasuka TV, Yusuf Mars dan seorang penulis sekaligus Co Founder Akademia Virtual Media, Muawwin.

Hadir pula seorang Content Creator dan Aktivis sosial dan pendidikan Galuh Pujangga selaku key opinion leader webinar yang dimoderatori oleh seorang presenter dan Content Creator Nadia Intan.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article