Fakta menarik pengguna internet di Indonesia ialah: 33,5 persen milenial dan 29,9 persen generasi Z; 338,2 juta perangkat mobile terkoneksi Internet (124 persen populasi); 175,4 juta pengguna (64 persen populasi), 160 juta pengguna aktif media sosial (59 persen populasi).
Dengan komposisi seperti itu, sudah seharusnya masyarakat tidak cukup hanya mampu mengoperasikan berbagai perangkat TIK dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya untuk sebesar-besar manfaat bagi dirinya dan orang lain.
”Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,” ujar Co-Founder Localin Fakhriy Dinansyah pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/8/2021).
Dalam webinar bertajuk ”Menjadi Cerdas di Era Digital”, Fakhriy mengungkapkan, layaknya dunia fisik di sekitar kita, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dan pahami agar tidak tersesat dalam dunia digital. Media digital misalnya, memungkinkan munculnya interaksi yang menimbulkan diskusi. Tidak seperti media konvensional yang lebih searah.
Apa saja yang bisa dilakukan? Dengan media digital kita bisa membangun digital present, misalnya membangun personal branding, berbagi apa yang menjadi keinginan kita, hingga menumpahkan apa yang menjadi uneg-uneg diri kita. Selain itu juga bisa membuat engagement di media sosial, seperti berkolaborasi maupun membuat dukungan.
”Bisa juga untuk meningkatkan skill agar bisa memberi dan informasi yang kredibel, dengan cara mengikuti kelas atau kursus, belajar dari orang lain,” tutur pengajar komunikasi strategis Universitas Multimedia Nusantara itu.
Menurut Fakhriy, pendidikan digital harus dilihat sebagai kekuatan dan peluang. Beberapa penelitian menyebutkan, di masa depan pendidikan digital (online) akan semakin diminati karena fleksibilitasnya. Metode online tercipta sebagai solusi & inovasi, bukan beban. Apalagi, pandemi menjadi momentum yang ’memaksa’ dunia akademis terbiasa dengan metode online.
”Selain itu, biaya yang dikeluarkan dalam pendidikan online semakin rendah seiring perkembangan teknologi di samping konektivitas internet di Indonesia semakin luas dan cepat,” jelas Fakhriy.
Fakhriy menambahkan, pendidikan online juga memberikan aksesibilitas lebih kepada difabel, sehingga inklusivitas bisa lebih mudah tercapai, dan memungkinkan pendidikan berkualitas tinggi lebih mudah dijangkau oleh berbagai kalangan dengan beragam latar belakang.
”Satu lagi, pendidikan online akan memberikan kesempatan bagi akademisi maupun filantropis berbagi ilmu dan pengetahuan,” pungkas Fakhriy
Sesuai tema, Kasi Kurikulum dan Kesiswaan Bidang pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah Juair bicara hak dan tugas anak dalam dunia digital. Hal ini mengingat, berdasarkan data APJII terbaru, anak-anak menempati porsi 25,42 pesen dari keseluruhan pengguna internet di Indonesia: Usia 5-12 tahun (7,93 persen), 13-15 tahun (7,86 persen), dan 16-18 tahun (9,66 persen).
Juair menyatakan, tugas penting anak remaja di antaranya adalah mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang
kehidupan bermasyarakat. Tugas lainnya, yakni belajar memiliki peranan sosial dengan teman sebaya, mencapai kebebasan dari ketergantungan terhadap orangtua.
”Anak remaja juga harus mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kesanggupannya, serta mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu bersikap tepat sesuai dengan pandangan ilmiah,” lanjut Juair.
Sedangkan hak digital anak ialah meliputi berinteraksi dan berpartisipasi dalam ruang digital, pemanfaatan internet secara intensif untuk berbagai urusan, termasuk pendidikan, dan membuka akses anak pada lanskap digital.
Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Bella Ashari itu, juga menghadirkan narasumber Aditia Purnomo (Direktur Penerbit Buku Mojok & Penulis Lepas), Mohamad Solichin (Kasi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Semarang), dan Top 6 Mister Global Internasional 2019 Herman YC selaku key opinion leader.