Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan. Namun tidak dapat dimungkiri, kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital. Salah satu dampak dari kemajuan teknologi dirasakan oleh sektor pendidikan, yakni bisa dimanfaatkan untuk menggelar pembelajaran dalam jaringan (daring).
Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Sistem pembelajaran umumnya dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Menurut Diana Aletheia Balienda, penerapan pembelajaran online harus disertai kemampuan digital skills. Yakni, kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta sistem operasi digital seperti website maupun beragam aplikasi di smartphone.
Pendapat tersebut diungkapkan Diana Balienda dalam webinar literasi digital dengan tema ”Literasi Digital bagi Tenaga Didik dan Anak Didik di Era Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (27/8/2021).
Diana mengatakan, dalam mengemas pembelajaran secara online, guru atau pendidik pun harus mengetahui materi seperti apa yang menarik untuk anak didiknya yang merupakan kaum milenial dan generasi Z. Diana menyebut beberapa kriteria materi atau konten pembelajaran yang menarik bagi anak-anak milenial dan generasi Z ini ialah konten digital yang lebih atraktif. Contoh pembelajaran tersebut, misalnya, bermain-main dengan konten di semua channel digital, mulai dari edukasi hingga hiburan.
Anak-anak milenial generasi Z juga senang dengan konten yang ringan dan menghibur. ”Konten receh (ringan) cenderung disukai, karena menghibur dan dekat dengan keseharian. Gunakan bahasa yang relevan dengan mereka,” ujarnya.
Kemudian, konten visual seperti grafik atau video, akan lebih menarik minat belajar para anak-anak ini. ”Anak milenial dan generasi Z merupakan generasi yang cepat bosan, Buat juga konten yang fresh dan baru agar mereka tertarik,” tuturnya.
Narasumber lain, dosen serta pengajar Universitas Padang, Siska Sasmita mengatakan, dalam pelaksanaan pembelajaran secara online, guru juga harus bisa mendorong interaktivitas dengan para anak didik. ”Guru sebagai instruktur berperan aktif dalam diskusi online. Pastikan bahwa pertanyaan diskusi mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pastikan bahwa beban pembelajaran dapat dikelola,” kata Siska.
Selain itu, guru juga harus bisa mengatasi problem lain dalam pembelajaran online. Seperti menentukan ukuran kelompok belajar siswa, maupun menanamkan etika digital kepada anak didiknya. ”Dalam sistem penilaian juga harus mempertimbangkan keragaman siswa, dan guru harus konsisten dalam memberi penilaian terhadap kompetensi siswa,” ucapnya.
Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Nadia Intan itu, juga menghadirkan narasumber Akhmad Ramdhon (staf pengajar Sosiologi FISIP UNS), Jarot Waskito (videografer dan penulis naskah), serta mantan pemain timnas sepakbola Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto selaku key opinion leader.