Bukan sekolah atau guru, namun justru peran keluarga dalam menumbuhkan budaya membaca pada anaklah yang sangat besar. ”Jika anak tidak menyukai membaca ketika masih kecil, kemungkinan dirinya untuk menyukai membaca saat dewasa sangat sulit,” ujar dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah Swarnawati saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Bangkitkan Budaya Membaca Generasi Muda di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jumat (17/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti 276 peserta itu, Aminah mengatakan, keluarga menjadi tempat pertama dan strategis dalam mengenalkan pada anak bahwa kegiatan membaca itu menyenangkan. Keluarga juga yang menjadi muara pembentukan awal karakter anak untuk mencintai buku. ”Ada beberapa cara menumbuhkan minat baca pada anak sedari dini yang bisa dicoba,” tutur Aminah.
Aminah menyarankan, orangtua mulai mengubah kebiasaan untuk mengganti kegiatan dongeng sebelum tidur menjadi kebiasaan membacakan buku pada anak sebelum tidur. “Biasakan orangtua agar membaca buku bersama anak, momen kebersamaan ini penting untuk memotivasi minat bacanya. Sebab orangtua juga harus menjadi model dengan banyak membaca, karena anak-anak sangat suka meniru,” kata Aminah.
Selain itu, lanjut Aminah, orangtua bisa membiasakan memberi hadiah buku untuk memotivasi anak agar tetap membaca saat tidak ada tugas dari sekolah. Aminah berpesan, jangan sekali-kali membuli atau menggoda anak yang sudah mulai suka membaca buku dengan ungkapan-ungkapan yang justru membuatnya tak percaya diri. “Misalnya menyebutnya si kutu buku, kuper, tidak gaul dan sejenisnya, itu menurunkan mentalnya dan tak akan mau membaca lagi,” ujar dia.
Sebaliknya, justru beri motivasi si anak dengan memberi contoh tokoh-tokoh dunia yang mengawali kesuksesan dari kebiasaan membaca buku. Misalnya ada Mark Zuckerberg (founder dan CEO Facebook – miliarder nomor 5 dunia versi Forbes), Warren Buffett (pemilik perusahaan investasi Berkshire Hathaway- orang terkaya ketiga dunia versi Forbes), lalu Bill Gates (founder Microsoft), Elon Musk (CEO SpaceX, Tesla) dan Jeff Bezos (pendiri e-commerce Amazon).
Aminah menambahkan, dari membaca buku, kelak anak lebih mudah mengenali apa itu etika digital. Etika digital dan budaya baca budaya membaca harus ditumbuhkan tetapi dalam mencari bahan bacaan harus menggunakan etika. Supaya tidak terkena masalah sosial maupun hukum.
“Misalnya ajarkan anak tidak mengunduh bahan bacaan secara ilegal, tidak membajak, menyalin atau menggandakan tanpa seizin pemilik hak paten, menjunjung tinggi hak atas kekayaan intelektual, jangan kutip tanpa izin,” ujarnya.
Narasumber lain dalam webinar, dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Jakarta Denik Iswandani Witarti menuturkan, kebiasaan membaca informasi penting agar tidak merugikan diri sendiri. Denik mengambil satu contoh kasus akibat kurangnya budaya membaca yang menyebabkan kerugian seperti yang pernah viral di media sosial November 2020 lalu.
Saat itu seorang pria di Thailand kaget saat membeli barang online berupa tenda dalam masa promo 11.11 yang digelar sebuah perusahaan e-commerce dan toko online. Ternyata tenda yang dipesan berukuran sangat kecil alias hanya muat untuk satu kepala saja, sehingga jelas tak bisa dipakai untuk kemping.
“Dari kasus itu, budaya membaca sangat penting termasuk ketika kita belanja. Lihat benar deskripsi produknya. Tendanya tak salah, pembelinya yang kurang membaca,” ujar Denik.
Webinar yang dipandu oleh moderator Rara Tanjung ini juga menghadirkan narasumber: social media communication PT Cipta Manusia Indonesia Annisa Choiriya Muftada, dosen UIN Surakarta Abdul Halim serta Brian Khrisna selaku key opinion leader.