Sabtu, November 16, 2024

Internet bakal manfaat atau merusak, tergantung dosisnya

Must read

Ajarilah keluargamu dan tetanggamu berinternet, seperti kalian mengajari mereka naik sepeda. Jangan cuma mengajari sampai lincah bersepeda, tapi juga beri mereka ilmu. Hormati tata krama bersepeda di jalan raya, biar selamat.

Begitu juga dalam berinternet. Pahamkan, dengan internet segalanya memang bakal lebih mudah dan lebih cepat. Tapi, jangan cuma ajari bagaimana cara bikin akun, login di Facebook dan Instagram, atau cara posting dagangan mereka di marketplace. Ajari juga mereka menjaga privasi data, jangan suka mengambil foto atau video orang, agar tidak membuat masalah hukum di media sosial.

”Dengan begitu, sebagai generasi milenia, Anda akan membagi keterampilan digitalmu secara teachable. Mengajarkan secara paripurna,” kata praktisi pendidikan Anggraini Hermana saat tampil dalam webinar literasi digital dengan topik menarik, ”Milenial sebagai Guru Literasi Digital” untuk masyarakat Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, 1 Juli lalu.

Dalam program yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan diikuti ratusan peserta lintas profesi dan generasi secara daring itu, Anggraini juga berpesan agar kalangan milenial mesti ambil prakarsa, inisiatif untuk berbagi kecakapan digitalnya di lingkungan terdekat dulu, tetapi mesti sabar, istiqamah dan dilakukan kontinyu.

”Zaman sedang membutuhkan peran mereka yang muda. Kalau bukan mereka yang mengajari bulik, kakak, dan tetangganya, siapa lagi? Mereka mesti melihat tetangga yang jago bikin keripik tempe. Bukan cuma ngajari bikin kripik yang dipoles dengan beragam rasa agar disukai orang banyak. Tapi ajari juga cara posting produknya di marketplace agar menarik, sabar membalas chat dari peminat, hingga mengirimnya via Gojek atau biro paket yang cocok,” tutur Anggraini.

Begitu juga buat para gadis remaja, Anggraini berharap, jangan cuma nonton sinetron di rumah. Coba datang ke acara PKK, bagikan ilmu yang sederhana tentang bagaimana cara marketing kue, brownies atau masakan lain. Atau, ajari tantemu membuat model baju yang menarik. Download-kan beragam video Youtube yang mengajari cara bikin baju, produk rumah tangga dari sampah, atau segala barang yang dicari pasar marketplace.  

”Intipkan juga tren pasarnya. Jadi, bukan cuma mengajari mereka agar lebih cakap digital. Tapi juga lengkapi cara marketingnya di dunia maya. Syaratnya mau dan kontinyu. Kalian anak muda milenial, yang lahir antara tahun 1981 s.d 1996, mesti mengambil peran ini. Kalau bukan kalian, siapa lagi? Ini waktu yang tepat buat kalian,” ujar Anggraini.

Anggraini tampak sangat antusias menyemangati lebih dari separo peserta webinar yang memang kaum milenia dan sangat aktif mengikuti jalannya diskusi, yang dipandu moderator Ayu Perwari itu. Selain Anggraini, juga tampil tiga pembicara lain: Adhi Wibowo dan Yuni Wahyuning, keduanya juga praktisi pendidikan, serta Imam Wicaksono, pengamat pendidikan yang juga CEO Sempulur Craft Bantul. Webinar disemarakkan dengan kehadiran Venabella Arin, MC dan entertainer, sebagai key opinion leader.

Adhi Wibowo ikut menimpali. Kata dia, bukan cuma tetangga atau kolega yang sudah berumur dan gaptek saja. Remaja yang produktif pun butuh arahan yang tepat dan teladan sesuai dunianya. Sebab, kata Adhi, internet itu untuk semua lapisan. Yang dewasa mesti mengajari yang muda teladan yang positif. Jangan habiskan pulsa data untuk akses film atau game saja. Tapi ajari bagaimana bikin desain dan animasi karakter yang bisa dijual.

”Ada tetangga saya, masih SMA, bisa otodidak menjadi pembuat karakter games khas Jawa, misal Gatotkaca atau aneka punakawan, menjadi games menarik. Bahkan bisa dijual pada developer games, laku jutaan. Ilmu dan keterampilan digital seperti itu yang mestinya dibagikan dalam pertemuan remaja. Karang taruna milenia mesti kreatif dan inovatif. Medsos sangat membantu kaum remaja masa kini membuat karya-karya yang ditunggu pasar digital,” papar Adhi Wibowo, serius.

Sementara, menurut Venabella Arin, internet itu ibarat racun dan obat, perbedaan fungsinya tipis. Kalau dosisnya tepat, racun bisa menjadi obat yang bermanfaat. Tapi kalau dosisnya berlebih, akan jadi racun buat tubuh kita.

”Jadi, kontrol pemakaian internet dan akses yang bernilai positif saja. Agar kita bukan hanya makin cakap digital, tapi juga bisa ambil untung buat menambah ilmu dan rezeki yang melimpah. Kuncinya, apakah akses internet bakal memberi manfaat atau malah merusak kehidupan, itu semua tergantung dosisnya,” kata Arin, yakin.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article