Jumat, November 15, 2024

Cermati keunggulan medsos untuk promosikan kelebihan kita

Must read

Di era serba digital saat ini, modal masyarakat untuk bisa survive di kala digempur pandemi Covid-19 adalah optimis dan kreatif. Apalagi, saat ini pasar bisnis online kita ternyata paling besar se-Asia Tenggara. Mengutip riset Temasek & Bain Company 2019, nilai tansaksi pasar online Indonesia tembus USD 40 miliar.

”Nilai itu melebihi Thailand yang sebesar USD 16 miliar, Singapura USD 12 miliar, Malaysia USD 11 miliar, bahkan Filipina cuma USD 7 miliar. Itu peluang menantang untuk digarap,” papar brandpreneur Edy SR saat berbicara dalam webinar literasi digital untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri, 5 Juli 2021.

Berita bagusnya, lanjut Edy, warga netizen kita yang 64 persen populasi Indonesia alias 202 juta orang dari 274 jutaan populasi, sadar optimismenya terhadap masa depan lewat online. Dari survei terbaru tahun 2020 mencapai 71 persen yang optimis. Ditambah dengan durasi waktu berinternet yang sehari seperti jam kerja konvensional yang tembus 7,59 jam, maka potensi itu harus dimaksimalkan manfaatnya  guna mengelola pengetahuan. Khususnya fokus dalam mengelola gagasan dan jeli menangkap  beragam peluang untuk dieksekusi untuk  mendapat cuan dari dunia digital.

”Keunggulan kita dalam durasi berinternet mesti diikuti dengan kesadaran menangkap peluang ekonominya,” urai Edy, saat membahas topik diskusi ”Mengelola Informasi di Dunia Digital Menjadi Pengetahuan yang Produktif” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang disesaki ratusan peserta lintas generasi dan dari beragam profesi.

Lalu, bagusnya mulai dari mana? Edy menyarankan, segera kenali dari yang kita punya dan yang kita bisa. Kenali potensi keunggulan medsos kita, dan gunakan kelebihan medsos kita untuk menawarkan potensi dan peluang yang bisa dijual dari ”kelebihan” kita. ”Harus disadari, dulu internet lewat beragam medsosnya hanya sebagai arena main-main saja. Tapi sekarang, mesti disadari, medsos harus jadi sarana tumbuh kembangnya aktivitas kreatif untuk menangkap peluang guna mendapat cuan yang lebih banyak,” saran Edy.

Dipandu moderator Triwidyatmoko, Edy nampak sumringah membahas topik menarik itu bersama tiga pembicara lain: Aditia Purnomo (penulis dan social media planner), Wisnu Martha Adiputra (dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM), Hamdy Salad (seniman dan budayawan), serta Aditya Suryo, musisi yang tampil sebagai key opinion leader.

Masih menurut Edy SR, keberuntungan kita ditambah lagi dengan besarnya potensi generasi yang luwes pada kecakapan digital. Kebanyakan generasi muda yang mencapai 53,81 persen populasi, yang terdiri dari gabungan generasi milenia dan alfa, serta besarnya potensi wanita yang mencapai 100 orang untuk 102 laki-laki. Kalau digerakkan dalam satu sinergi kerja kolaboratif dengan melibatkan para netizen dari baby boomer yang bersemangat dan mau terus belajar, ini bakal menjadi aktivitas yang menggerakkan ekonomi nasional sangat dahsyat.

”Potensi milenial dengan berkah dari pandemi mestinya melahirkan banyak inisiatif lokal. Inisiatif dan kreativitas lokal mesti membanjiri beragam platform digital. Produk dan karya lokal mesti segera mengisi pasar digital yang banyak ditinggalkan oleh brand global. Segera tangkap dan ambil peluangnya,” pesan Edy, tegas dan serius.

Kuncinya, sambung Edy, ”Segera kuasai kecakapan digital dalam tiga aspek: kemampuan verbal, visual, dan pengalaman yang baik. Ketiganya akan meninggalkan jejak digital yang bagus, dan itu penting dalam marketing produk di dunia digital. Milenial mesti jadi pelopor, menjadi guru dan teladan yang menggerakkan semua komponen lintas usia”.

Wisnu Martha ikut urun rembuk. Kata dia, tak semua penghuni dunia digital yang ramai ini berinisiatif positif. Tidak sedikit yang melihatnya untuk mengeksekusi kejahatan digital. Jadi, tetap waspada dan hati-hati beraktivitas online di dunia maya. ”Jangan mudah terkecoh jebakan batman penipu online yang makin kreatif dan canggih. Jaga betul data pribadi, alamat email, nomor handphone mesti jangan sampai terekspose di ruang terbuka. Perkokoh keamanan dengan password yang unik dan two factor authentication, biar lebih aman,” kata Wisnu.

Selain itu, jangan malu untuk terus belajar. Ini era digital, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tidak mesti di bangku kuliah. Aditia Purnomo mengatakan, banyak video tutorial beragam kecakapan ada di Youtube. Kunjungi dan download, baca juga beragam website ilmu pengetahuan di segala universitas, tersedia dengan gratis.

”Juga, ada aplikasi pinjam buku. Di beragam medsos juga tersedia jurnal yang sangat beragam. Semua bisa dijadikan sarana menambah ilmu pengetahuan. Modalnya adalah mau dan tak perlu malu. Asal tekun dan konsisten, ilmu pengetahuan yang multi-manfaat mudah diraih dalam genggaman tanganmu. Ayo, pasti bisa!” pungkas Aditia.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article