Jumat, November 15, 2024

Jangan cuma kagumi figur publik. Ambil inspirasinya, lalu eksekusi

Must read

Di kalangan netizen Indonesia nyaris tak ada yang tak kenal Atta Halilintar, Youtuber kondang dengan jutaan subscriber. Termasuk, para peserta webinar literasi digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang diselenggarakan Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, 5 Juli 2021.

”Nyaris semua kenal dan suka nonton konten-konten yang di-upload Atta kan? Tapi, jarang kan yang menangkap peluang yang bisa dibikin dari konten Atta untuk ditiru di Wonosobo? Padahal, bisa dan boleh kalian bikin konten Youtube dengan meniru konsep Atta, disesuaikan dengan kondisi Wonosobo. Dan itu bukan hal sulit, kalau kalian mau,” ujar Oka Fahreza, presenter Jogja TV, saat diminta pandangannya selaku key opinion leader dalam diskusi bertopik ”Pengembangan Kemampuan Digital untuk Pemerataan Kesejahteraan” yang diikuti ratusan peserta secara daring.

Lebih jauh, Oka menyarankan, coba bikin kayak satu episode Atta, misalnya: apa yang bisa dinikmati sehari di Wonosobo dengan uang seratus ribu? Bikin konten panduan wisata kuliner atau tips wisata hemat di Wonosobo dengan bekal seratus ribu. ”Pasti seru. Bisa masuk ke Telaga Warna, Menjer atau ke Dieng bermotor, beli jagung bakar, pulang makan mi ongklok, dan bercengkerama di beberapa lokasi wisata yang murah meriah, tapi berkesan. Mesti itu akan inspiratif buat penonton konten Anda nantinya,” urai Oka serius.

Oka menambahkan, di era pandemi hadirnya dunia digital yang dipaksa cepat bertransformasi dalam kehidupan kita mestinya bisa ditangkap sebagai sarana menjemput peluang rezeki buat yang cermat dan jeli menemukannya. ”Jangan malu belajar. Makanya, buat generasi yang sudah manula, mesti tetap survive. Jangan malu belajar pada anak atau tetangga yang lebih jago dan lebih cakap digital,” ujarnya.

Oka tak tampil sendirian membahas tema seru tersebut. Di Wonosobo yang dingin, Oka cukup menghangatkan suasana dengan dipandu moderator Nadia Intan dan empat pembicara seru: Murniandhani Ayusari (konten writer dari JaringPasarNusantara.id), Muhamad Yusuf (dosen Universitas Sain AlQuran Wonosobo), Nuralita Armelia (fasilitator digital safety dari Kaizen Room), dan Joko Priyono, fasilitator dari Gerakan Literasi Jateng.

Selalu ada berkah di balik musibah. Mengacu riset Lembaga Riset Populi yang dikutip Muhamad Yusuf, pembicara dari Wonosobo, dihantam badai pandemi Covid-19 hampir dua tahun terakhir, ternyata telah melahirkan perubahan budaya perilaku belanja masyarakat. Hal itu berdampak pada naiknya omzet penjualan di kalangan pelaku bisnis online di banyak lokapasar.

Mengutip data, Yusuf mengatakan, kenaikan omzet dari pertengahan 2020 s.d. pertengahan 2021 stabil di angka 39,6 persen, dan berdampak luas. Dengan alasan mencegah penyebaran virus di masa pandemi, maka penggunaan beragam aplikasi dompet digital (e-wallet) dan transaksi pembayaran seperti OVO Pay, Shopee Pay, Dana, dan beragam e-banking di banyak bank penyedia, juga meningkat tajam.

”Itu membuktikan, ada perubahan adaptasi perilaku budaya masyarakat secara digital. Yang tadinya serba konvensional, kini cukup dengan sentuhan jari bisa berkomunikasi dan bertransaksi. Murah, mudah dan lebih cepat,” papar Yusuf.

Muhammad Yusuf berharap, perubahan budaya perilaku masyarakat diikuti dengan satu langkah pendukung yang lebih menyejahterakan masyarakat saat pandemi. Yakni, mari kita borong dan belanja produk dalam negeri produk tetangga kita sendiri.

Dengan begitu, tetangga terdekat kita termotivasi untuk memproduksi barang, sayur, buah, dan kuliner yang lebih menarik dan inovatif karena bakal dibeli dan dinikmati lebih cepat dengan layanan digital. ”Bisa dibayar dan diantar ke konsumen lebih cepat. Jadi, kecakapan digital yang menyejahterakan masyarakat itu menjadi nyata, bukan isapan jempol,” ujar Yusuf.  

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article