Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia awal tahun 2020 memaksa Kemendikbud menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Akibatnya, pendidik (guru) dan siswa harus cepat beradaptasi dengan kecakapan dalam dunia digital (digital skill).
”Digital skill merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital, yang dalam dunia pendidikan sering dikenal dengan pembelajaran daring (dalam jaringan) atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh),” ujar psikolog Anniez Rachmawati Musslifah pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Banjarnegara, Rabu (25/8/2021).
Pada diskusi virtual bertema ”Saatnya Siswa dan Guru Terampil dalam Belajar Daring” yang dipandu moderator host tv Safiera Aljufri itu, Anniez bicara bersama narasumber lain: Sofyan Wijaya (founder Atsoft. CV. ATSOFT Teknologi), Amhal Kaefahmi (Pengawas Madrasah Kemenag Kota Semarang), Slamet Wahyudi (Kasi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara), dan kreator konten Intan Kusuma selaku key opinion leader.
Anniez mengatakan, sistem pembelajaran daring atau PJJ merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, akan tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. ”Sistem ini memiliki kelemahan dan kendala interaksi guru dan murid berkurang, penguasaan teknologi digital, jaringan internet, harga kuota internet, HP/Laptop/PC, banyaknya gangguan di rumah, serta peran orangtua,” jelas Anniez di depan tak kurang dari 250 partisipan webinar.
Selain itu, lanjut Anniez, peran guru dalam pembelajaran daring (online) sangat penting dan menentukan suksesnya pembelajaran jenis ini. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah.
”Selanjutnya, guru dapat berperan membantu siswa dalam belajar menggunakan perangkat teknologi, melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar secara daring, berperan sebagai motivator agar siswa tetap semangat mengikuti pembelajaran daring,” sebut Anniez.
Anniez menambahkan, kesuksesan proses belajar mengajar daring juga membutuhkan sinergitas peran antara guru, siswa/mahasiswa, dan orangtua. Dengan perannya masing-masing ketiganya dapat menentukan strategi pembelajaran yang meliputi: memastikan area memiliki jaringan internet, membuat rencana belajar, menentukan waktu belajar, serta membuat ringkasan pembelajaran.
”Strategi menjaga kualitas belajar dari rumah yang bisa dilakukan oleh guru: daring interaktif maupun non interaktif, model pendidikan minat/kecakapan, demokrasi penentuan model pembelajaran, penentuan platform digital sesuai dengan tingkat pendidikan,” jelas Anniez.
Berikutnya, Pengawas Madrasah Kemenag Kota Semarang Amhal Kaefahmi menyatakan, guru memiliki tantangan tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran online. Apalagi jika mengingat subjek didiknya adalah generasi Z dan milenial yang lebih familiar dengan perangkat maupun kemajuan teknologi digital.
”Meski begitu, guru dan generasi Z harus memiliki persepsi bahwa ruang digital merupakan ladang sekaligus etalase bagi dunia pendidikan dan seharusnya menjadi sumber untuk mengolah dan mengembangkan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan,” jelas Amhal.
Tantangan guru dalam proses pembelajaran daring, menurut Amhal, yakni baik guru maupun siswa sama-sama sebagai digital user, siswa bisa mendapatkan informasi dari sumber lain yang mungkin lebih lengkap dan terpercaya dari hasil pencariannya sendiri, serta guru mampu menjalankan fungsi sebagai fasilitator atas kegiatan tersebut.
”Sebagaimana pesan Pak Ganjar, dulu ukurannya adalah berapa koleksi buku, sekarang berapa file yang dipunyai. Era digital saat ini menuntut dunia pendidikan untuk produktif dalam berkarya, terutama dalam pembelajaran daring (online),” pungkas Amhal Kaefahmi menutup paparan.