Rabu, Desember 25, 2024

Pahami logika di era digital, agar tak terjebak

Must read

Ruang digital atau dunia maya adalah realitas kebudayaan baru yang seharusnya tidak merubah kehidupan dunia nyata. Jika seseorang tidak mampu memahami logika era digital ini secara holistik, maka hanya akan terjebak pada nalar konsumtif, individual dan intoleran yang tidak produktif.

“Dalam kerangka nasionalisme, kita akan dipecah belah karena terjadi polarisasi sosial di tengah masyarakat akibat kurangnya pemahaman atas penggunaan informasi digital secara bijak,” ujar Abdul Rohman, Direktur Buku Langgar, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (23/7/2021).

Menurut dia, tantangan di era digital semakin berat. Karena itu siapa pun dituntut mampu membangun budaya sharing disertai dengan transparansi, keterbukaan (openness) maupun kolaborasi.

Berdasarkan UU RI Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang disebut memahami literasi digital adalah proses menerima, mengolah dan menyebarkan informasi untuk membantu tumbuh kembangnya kemanusiaan yang berdaulat lahir dan batin.

“Jangan sampai dunia digital justru mereduksi nilai-nilai kemanusiaan mengasingkan manusia dengan manusia yang lain,” tegasnya pada webinar bertema ”Komunikasi Publik yang Sehat di Era Digital” itu.

Inilah pentingnya mengenali diri sendiri terlebih dahulu sebelum masuk ke dunia maya. Sebab, di dalamnya sering terjadi perundungan atau populer disebut cyber bullying. Ada pula body shaming maupun komentar mengancam. Masih ada lagi penipuan data maupun pornografi.

Rohman menyarankan, boleh saja seseorang lebih terbuka terhadap kebudayaan luar, namun harus selalu memegang erat budaya bangsa sendiri. “Dengan adanya dunia digital kita sebagai bangsa mampu memberikan alternative jawaban, ide maupun gagasan untuk ketertiban dan kerukunan antar bangsa, sesuai amanat UUD 45,” kata dia.

Narasumber lainnya, Muhammad Ihsan Fajari yang sehari-harinya seorang Entrepreneur dan Pendidik menambahkan, inilah yang disebut sebagai era budaya baru.

Penjelasannya adalah, pola atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok manusia dan akan terus diturunkan pada generasi berikutnya. “Kita sekarang ini sudah mencapai era revolusi 4.0, segala sesuatu  memerlukan internet dan teknologi digital,” kata dia.

Merujuk hasil penelitian, dia menjelaskan, pengguna internet di Indonesia awal 2021 ini sudah mencapai angka 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa dibandingkan Januari 2020. Sedangkan total jumlah penduduk Indonesia saat ini 274,9  juta jiwa. Ini artinya penetrasi internet di Indonesia awal 2021 mencapai 73,7 persen.

Dipandu moderator Fernand Tampubolon, webinar juga menghadirkan narasumber Tomy Widiyatno (Pekerja dan Pengembang Media Seni), Jota Eko Hapsoro (Founder dan CEO Jogjania.com), dan Tya Lestari (Mom Influencer) selaku key opinion leader. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article