Kebumen – Warga digital sadar atau tidak sadar telah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengakses media sosial. Belum lagi dampak negatif yang menyertai gegap gempita media sosial di dunia maya, satu di antaranya penyebaran hoaks. Untuk menangkalnya perlu ada semacam gerakan menulis sendiri ketimbang sekadar share.
“Dengan membuat konten sendiri berupa tulisan, gambar, audio-visual, maka ada waktu untuk berpikir. Ada kebutuhan mencari rujukan. Karya itu selain sebagai data pribadi, bisa juga bermanfaat di kemudian hari. Sumber konten bisa berupa tulisan, gambar, audio-visual seluruhnya sudah kita pelajari di SMP dan SMA,” ujar Dosen Hubungan Internasional dan Dekan Fakultas Humaniora President University, Endi Haryono, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (19/7/2021).
Melalui webinar bertema ”Membangun Toleransi Beragama Melalui Media Sosial”, pria yang memiliki pengalaman sebagai jurnalis Harian Bernas era 1990-an itu menyatakan media digital harus memberikan manfaat.
“Sosial media adalah sumber informasi, referensi, hiburan dan tempat untuk berekspresi. Ambil manfaat sosial media untuk meningkatkan bisnis, branding personal, mendapatkan best practices, pendidikan dan pelatihan,” ajaknya.
Narasumber lainnya, Direktur Penerbit Buku Mojok, Aditia Purnomo, menyampaikan, berdasarkan survai, dari total populasi Indonesia sebanyak 274,9 juta jiwa, pengguna internet tercatat mencapai 202,6 juta dengan penetrasi 73,7 persen. Sedangkan jumlah pengguna aktif media sosial mencapai 170 juta atau sama dengan 61,8 persen dari total populasi.
Sebanyak 168,5 juta orang Indonesia menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses media sosial, dengan penetrasi 99 persen.
Waktu yang dihabiskan orang Indonesia untuk mengakses internet per hari rata-rata yaitu 8 jam 52 menit. Aplikasi yang paling banyak digunakan secara berurutan adalah YouTube, WhatsApp, Instagram, Facebook, lalu Twitter.
Mengakses media sosial sebaiknya disertai dengan digital safety atau keselamatan digital. Ini adalah sebuah gagasan atau konsep yang mengupayakan keselamatan ruang digital dari beragam risiko dan ancaman siber. Gunakan media sosial secara baik dan benar.
Digital safety adalah tindak lanjut dari digital security untuk melindungi identitas online, data dan aset. “Jika digital security lebih banyak bicara tentang bagaimana cara kita mengamankan akun digital, maka digital safety berbicara tentang bagaimana perilaku digital yang baik agar terhindar dari ancaman siber,” jelasnya.
Dipandu moderator Dwiki Nara, webinar juga menghadirkan narasumber Bambang Barata Aji (Komisaris PT Visitama17 Jakarta), Saeroni (Head of Studies Center fot Family anda Social Welfare UNU Yogyakarta) dan Rosaliana Intan Pitaloka (Duta Bahasa Provinsi Jawa Tengah) selaku key opinion leader. (*)